Monday, December 12, 2016

LAPORAN PENDAHULUAN STRUMA NODUSA NON TOKSIK (SNNT)

laporan pendahuluan struma nodusa non toksik


Struma Nodusa Non Toksik (SNNT)

A. Pengertian
Strauma nodusa adalah pembesaran pada tiroid yang disebabkan akibat adanya nodul (Tonacchera, Pirichhera dan Vitty, 2009), biasanya di anggap membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal stuma nodusa non toksik merupakan struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme (Hermes dan Huysmans, 2009).
Struma nodusa yaitu pembesaran pada kelenjar tiroid yang ukurannya 2x lebih besar dari ukuran biasanya yang tanpa disertai tanda-tanda.

B. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
1. Defisiensi yodium
2. Kelainan metabolik kongenital yang mengahambat sintesa hormon tyroid
a) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia ( substansi dalam kol, lobak, dan kacang kedelai )
b) Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan ( Triocarbamide, sulfonylurea dan litium).
3. Hiperplasi dan involusi kelenjar tyroid

C. Anatomi
Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh secarik jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang trakhea dua dan tiga. Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistem kerja balik antara kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid. Lobus anterior hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan ukuran kelenjar thyroid. Apabila terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk meningkatkan sekresi hormon thyroid. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.Fungsi utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna untuk mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat hubungannya dengan proses sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon, yodium dari luar, thyroid stimuliting hormon dari hipofise.

D. Manifestasi Klinis
1. Gangguan menelan
2. Peningkatan metabolisme karena klien hiperaktif dengan meningkatnya denyut nadi
3. Peningkatan simpatis (jantung menjadi berdebar-debar , gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar dan kelelahan).
Pada pemeriksaan status lokalis struma nodusa, dibedakan dalam hal :
a) Jumlah nodul : satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel)
b) Konsistensi : lunak, kistik, keras atau sangat keras
c) Nyeri pada penekanan : Ada atau tidak ada
d) Perlekatan dengan sekitarnya : Ada atau tidak ada
e) Pembesaran kelenjar getah bening disekitar tyroid : Ada atau tidak ada

E. Komplikasi
Komplikasi tiroidektomi
1. Perdarahan.
2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.
3. Trauma pada nervus laryngeus recurrens.
4. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi dengan tekanan.
5. Sepsis yang meluas ke mediastinum.
6. Hipotiroidisme pasca bedah akibat terangkatnya kelenjar para tiroid.
7. Trakeumalasia (melunaknya trakea).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada palpasi teraba batas yang jelas , bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal
2. Human thyrologbulin ( untuk keganasan tyroid)
3. Pada pemeriksaan lab , ditemukan serum T4 (Troksin) dan T3 ( tryodotironin) dlam batas normal, nilai normal T3 = 0,6-2,0, T4 = 4,6-11
4. Pada pemeriksaan USG ( Ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul
5. Kepastian histologi dapat ditegakan melalui biopsy aspirasi jarum halus yang hanya dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman.
6. Pemerksaan sidik tyroid
a) Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya hal ini menunjukan fungsi yang rendah
b) Nodus panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada bsekitarnya keadaan ini memperlihatkan aktifitas yang lebih
c) Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya ini berarti fungsi nodul sama dengan bagian tyroid yang lain

G. Penatalaksanaan
1. Dengan pemberian kapsul minyak berodium terutama bagi penduduk di daera epidemik sedang dan berat
2. Eduksi
Program ini bertujuan merubah perilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan memasyarakatkan pemakaian garam beriodium
3. Penyuntikan lipidol penduduk yang tinggal di daerah epidemik di berisuntikan 40% tiga tahun sekali dengan dosisi untuk orang dewasa dn anak diatas 6 tahun 1cc, sedangakan kurang dari 6 tahun diberi 0,2cc-0,8cc
4. Tindakan operasi (Stromektomi)
5. L- Tiroksin selama 4-5 bulan
Diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakuakan pemeriksaan sidik tyroid ulang.
6. Biopsy aspirasi jarum halus
Dilakukan pada kista tyroid hingga nodul kurang dari 10mm.

H. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan utama
a) Pre op mengeluh terdapat pembesaran pada leher
b) Post op thyroidectomy keluahan yang dirasakan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok, sebelumnya pernah menderita penyakit gondokn
6. Riwayat kesehatan keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini

I. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Lemah, kesadaran composmentis dengan tanda- tanda vital berubah
2. Kepala dan leher
Pre op terdapat pembesaran kelenjar tyroid
Post op terdapat tyrodectomy pada luka operasi yang sudah tertutup dengan kasa steril
3. Sistem pernafasan
Biasanya da sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anastesi atau karena adanya darah dalam jalan nafas
4. Sistem neurologi
Pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah yang legang dan gelisah karena menahan sakit
5. Sistem gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anastesi umum, dan pada akirnya akan ilang sejalan dengan efek anastesi yang hilang
6. Aktifitas/ istirahat
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelaan berat, atropi otot,
7. Eliminasi
Urine dan jumlah banyak, perubahan dalam feses diare
8. Makanan /cairan
Kehilanagan berat badan yang mendadak, nafsu makn meningkat, makan baik, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
9. Keamanan
Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebian, alergi terhadap iodium, suhu meningkat diatas 37,4c, diaporesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus, retaksi , iritasi pada konjungtiva dab berair, pruritis, lesi eritema yang menjadi sangat parah.

J. Analisa Data
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada daerah leher, skala 4
- Klien mengatakan nyeri sewaktu menelan
DO : Ekpresi wajah meringis kesakitan
Etiologi : Inkontinuitas jaringan, Peradangan jaringan di bawah kulit (subkutis), Mengiritasi daerah sekitar, mengeluarkan zat-zat prostaglandin, bradikinin, serotini dan histamine, Merangsang reseptor nyeri dari sistem saraf pusat, Nyeri dipersepsikan
Masalah : Gangguan rasa nyaman nyeri
Ds: klien mengeluh tidak bisa tidur dan sering terbangun
Do: pasie tampak lemas
Etiologi : Terdapat luka post op, Menimbulkan nyeri pada leher, Pasien sering terjaga, Gangguan istirahat tidur
Masalah : Gangguan istirahat tidur
Ds: Klien menanyakan penyakitnya, kenapa harus di operasi,
Do: Klien tidak mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah
Etiologi : Hospitalisasi, Di lakukan tindakan pembedahan, Informasi tidak akurat, Klien kurang pengetahuan, Klien bingung, Stressor bagi klien, Koping tidak efektif, Cemas
Masalah : Cemas
Ds: klien mengataka sesak napas
Do:
Etiologi : Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, Pelepasan metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkat, Pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis, Menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid, Gangguan pertukaran gas, Bersihan jalan nafas tidak efektif
Masalah : Bersihan jalan napas tidak efektif
Ds: -
Do: terdapat luka post op
Etiologi : Terputusnya inkontinuitas jaringan, Perawatan luka yang salah, Mediasi invasi kuman dan mikroorganisme pathogen, Resiko tinggi infeksi
Masalah : Resiko tinggi infeksi

K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d terputusnya Inkontinuitas jaringan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi trachea, pembengkakan
3. Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka post op
4. Gangguan rasa cemas b.d kurangnya informasi tentang penyakitnya.

L. Rencana Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Inkontinuitas jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam nyeri berkurang
Intervensi :
1.Monitor skala nyeri
2.Ajar teknik relaksasi
3.Anjurkanmobilisasisesuaidengankemampuan
Rasionalisasi :
1.Untuk mengetahui skala nyeri dan untuk merencanakan tindakan selanjutnya
2.Teknik relaksasi nafas dalam memberikan suplai O2 kejaringan yang lebih banyak sehingga vaskuterisasi lebih lancer dan nyeri berkurang
3.Mobilisasi secara bertahap dapat mengurngi beban kerja tulang sehingga nyeri berkurang.

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam Cemas teratasi
Intervensi :
Jelaskan tentang penyakit yang di derita klien. Jelaskan tentang penyebab dari penyakit dan cara pencegahannya.
Rasional :
Menambah pengetahuan klien sehingga klien dapat memahami tentang penyakitnya sehingga resiko penyakit berulang tidak tejadi.

3. Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka piost op
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam Infeksi tidak • Jangkapendek
Intervensi :
1.Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
2.Ganti balutan dengan menggunakan teknika septic dan antisepik
3.Kolaborasi dalam pemberian antibiotic dengan dokter
Rasional :
1.Mencegah infeksi nosocomial
2.Teknik aseptic meminimalkan masuknya mikroorganisme dalam luka

4.Bersihan jalan napas b.d tidak epektif b.d obstruksi trachea
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam bersihan jalan nafas teratasi
Intervensi :
1.Kaji pola napas klien
2.Berikan O2 tambahan nasal kanul 2-3L
3.Auskultasi suara napas
4.Atur posisi semi powler
Rasional :
1. Mengetahui frekuensi dan hambatan napas
2. Agar tidak terjadi infeksi
3. Memandirikan klien dan keluarga
4. Mencegah infeksi

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon