Saturday, December 24, 2016

SECTIO CAESARIA (SC)


ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESARI

A. Latar Belakang

Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses kehamilan. Oleh karena itu, banyak wanita hamil merasa khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran tiba.Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna. Seperti yang telah diketahui, ada dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi Caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar atau sectio caesaria. (digilib.unimus.ac.id, 2012).
Sectio caeseria adalah cara persalinan melalui pembedahan di perut dan di dinding uterus. Seharusnya keadaan ini dilakukan jika ibu dan janinnya dalam keadaan darurat dan hanya dapat diselamatkan melalui operasi.Bedah caesar yang tidak direncanakan biasanya baru diputuskan pada saat atau ketika persalinan berlangsung. Pemilihan persalinan melalui operasi dengan alasan yang beragam antara lain tidak tahan atau takut terhadap nyeri pada saat melahirkan. Banyak wanita yang tidak tahan memilih untuk menjalani operasi bahkan ada yang begitu mengetahui dirinya hamil sudah merencanakan untuk tidak bersalin normal dan melahirkan bayi dengan caesar (Oxorn, 2003).
Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Sekitar 25% – 50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. (Depkes RI, 2011). Tahun 2005 AKI di Dunia 400/100.000 kelahiran hidup, dinegara maju 9/100.000 kelahiran hidup dan dinegara berkembang 450/150.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan WHO 2007, pada tahun 2005 AKI di Indonesia 230/100.000 kelahiran hidup, sedangkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 bahwa AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. (Iqbal, 2012 ; Depkes RI, 2011).
Dalam upaya pencapaian dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT). Untuk menurunkan AKI diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas. Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 % pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 % (WHO, 2007) sedangkan hasil riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) menunjukkan bahwa terdapat 15% persalinan dilakukan melalui operasi. (Depkes RI, 2011).
Saat ini persalinan dengan sectio caesaria bukan hal yang baru lagi bagi para ibu dan golongan ekonomi menengah keatas. Hal ini terbukti meningkatnya angka persalinan dengan sectio caesaria di Indonesia dari 5% menjadi 20% dalam 20 tahun terakhir. Dan tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35.7% - 55.3% ibu melahirkan dengan proses sectio caesaria. Peningkatan persalinan dengan sectio caesaria ini disebabkan karena berkembangnya indikasi dan makin kecilnya risiko dan mortalitas pada sectio caesaria yang didukung dengan teknik operasi anastesi serta ampuhnya anti biotika (Mochtar, 2000).
Menurut statistik 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%, pernah sectio caesaria 11%, kelainan letak janin 10%, pre eklampsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5% (Wiknjosastro, 2005).

A. Pengertian
Ada beberapa teori tentang definisi SECTIO CAESARIA (SC), dan masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda tetapi makna yang sama yaitu :
Sectio Caesaria adalah cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau seksio sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2000).
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 g, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh/intact. (Saifuddin, 2002).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. (Wiknjosastro, 2005).
Persalinan SC adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1000 gram atau UK > 28 minggu. (Manuaba, 2001)
Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002).

B. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan dilakukn sectio caesaria adalah untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea yang dilkukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previ lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, SC juga dilkukn untuk kepentingan ibu, sehingga SC dilakukan pada placenta previa walaupun anak/bayi sudah mati.

C. Istilah Dalam Sectio Caesarea
1. Seksio Caesaria Primer ( efektif )
Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara sectio caesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit (Conjugata Vera kurang dari 8 cm ).
2. Sectio Caesaria Sekunder
Dalam hal ini kita mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio caesaria.
3. Sectio Caesaria Ulang ( Repeat Caesarean Sectio )
Ibu pada kehamilan terdahulu mengalami Sectio Caesaria (previous Caesarian Secti) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan Sectio Caesaria ulangan.
4. Sectio Caesaria Histerektomi ( Caesarean Sectio Histerektomy )
Adalah suatu operasi dimana setelah dilahirkan secara sectio caesaria, langsung dilakukan histerektomi karena suatu indikasi.
5. Opersai Porro ( Porro Operation )
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari cavum uteri ( tentunya janin sudah mati ), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.Sectio Caesaria oleh ahli kebidanan disebut obstetric panacea, yaitu obat atau terapi ampuh dari semua masalah obstetrik. (Mochtar, 2000).
D. Jenis-Jenis Sectio Caesaria
Menurut Mochtar (2000), ada 3 jenis sectio caesaria :
1. Abdomen ( Sectio Caesaria Abdominalis )
a. Sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. 
Kelebihan :
1) Mengeluarkan janin lebih cepat
2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
3) Sayatan biasa di perpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan.
b. Sectio Caesaria Ismika atau Profunda atau Low Cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
Kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
3) Tumpang tindih dari peritoneal Flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan kurang atau lebih kecil
Kekurangan :
1) Luka melebar ke kiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan pedarahan yang banyak.
2) Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.

2. Sectio Caesaria Ekstra Peritonealis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis. Sectio Caesaria ekstra peritonealis dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi nifas, dengan kemajuan terhadap terapi infeksi, teknik ini tidak lagi dilakukan karena tekniknya sulit, juga sering terjadi ruptur peritoneum yang tidak dapat dihidarkan.

3. Vagina ( Sectio Caesaria Vaginalis )
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sayatan memanjang ( longitudinal ) menurut Kroning
b. Sayatan melintang ( transfersal ) menurut Kerr
c. Sayatan huruf T ( T- incition )

E. Etiologi
Indikasi menurut Manuaba (2005) “
1). Plasenta previa sentralis / lateralis.
2). Panggul sempit
3). Disproporsi sevalo pelvic
4). Ruptura uteri mengancam
5). Partus lama
6). Distosia serviks
7). Malpresentasi janin: letak lintang, letak bokong, presentasi bokong, presentasi ganda, gamelli (anak pertama letak lintang), locking of the twins.
8). Distosia karena tumor
9). Gawat janin
10). Indikasi lainnya

Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar sectio caesaria adalah :
a. Prolong Labour sampai Neglected Labour.
b. Ruptura uteri iminens.
c. Fetal distress.
d. Janin besar melebihi 4000 gram.
e. Perdarahan ante partum.
Indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan Sectio Caesaria adalah:
a. Tindakan Sectio Caesaria pada letak sungsang
b. Sectio Caesaria berulang
c. Kehamilan prematuritas
d. Kehamilan dengan resiko tinggi
e. Pada kehamilan ganda
f. Kehamilan dengan pre eklamsi dan eklamsi
g. Konsep well born baby dan well health mother dengan orientasi persalinan, spontan B, outlet forcep / vakum.

F. Kontra indikasi
Dalam praktek kebidanan modern, tidak ada kontra indikasi tegas terhadap sectio caesaria, namun demikian sectio caesaria jarang dilakukan bila keadaan-keadaan sebagai berikut :
1. Janin mati
2. Terlalu prenatur untuk bertahan hidup
3. Ada infeksi pada dinding abdomen, syok
4. Anemia berat yang belum diatasi
5. Kelainan Kongenital
6. Tidak ada / kurang sarana / fasilitas / kemampuan
(Cunningham, 2006).

G. Komplikasi
1. Infeksi
Lokasinya pada rahim dapat meluas ke organ-organ dalam rongga panggul disekitarnya.Faktor-faktor predisposisi partus lama, ketuban pecah dini, tindakan vaginal sebelumnya.
2. Perdarahan
Perdarahan bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Bekuan darah di kaki ( tromboflebitis ), organ-organ dalam panggul, yang kadang-kadang sampai ke paru-paru.
4. Luka kandung kemih
5. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.
6. Ruptur uteri pada kehamilan berikutnya
(Wiknjosastro, 2005)

H. Resiko Persalinan Secara Sectio Caesaria
Resiko persalinan secara Sectio Caesaria dibagi menjadi :
1. Resiko jangka pendek
a. Infeksi pada bekas jahitan
Infeksi luka akibat sectio caesaria berbeda dengan luka persalinan normal.Luka persalinan normal sedikit dan mudah dilihat, sedangkan luka akibat sectio caesaria besar dan berlapis-lapis.Untuk diketahui, ada sekitar 7 lapisan mulai dari dinding perut sampai dinding rahim, yang setelah operasi selesai, masing-masing lapisan dijahit tersendiri, jadi bisa ada 3-5 lapisan jahitan. Bila penyembuhan tidak sempurna, kuman akan lebih mudah terjadi infeksi sehingga luka menjadi lebih parah. Bukan tidak mungkin dilakukan penjahitan ulang.
b. Infeksi Rahim
Infeksi rahim terjadi jika ibu sudah terkena infeksi sebelumnya, misalnya mengalami pecah ketuban.Saat dilakukan operasi, rahimpun terinfeksi.Apalagi jika antibiotik yang digunakan tidak cukup kuat.
c. Keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena pertumbuhan berlebihan.Sel-sel pembentuk organ tersebut, ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut.Perempuan yang kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya.
d. Cedera pembuluh darah
Pisau atau gunting yang dipakai dalam operasi berisiko mencederai pembuluh darah, misalnya tersayat.Kadang cedera terjadi pada penguraian pembuluh darah yang lengket.Ini adalah salah satu sebab mengapa darah yang keluar pada persalinan sectio caesaria lebih banyak dibandingkan persalinan normal.
e. Cedera pada kandung kemih
Kandung kemih letaknya pada dinding rahim.Saat Sectio Caesaria dilakukan, organ ini bisa saja terpotong.Perlu dilakukan operasi lanjutan untuk memperbaiki kandung kemih yang cedera tersebut.
f. Perdarahan
Perdarahan tidak bisa dihindari dalam proses persalinan. Namun, darah yang hilang lewat sectio caesaria dua kali lipat dibandingkan persalinan normal.
g. Air ketuban masuk dalam pembuluh darah
Selama sectio caesaria berlangsung, pembuluh darah terbuka.Ini memungkinkan komplikasi berupa masuknya air ketuban ke dalam pembuluh darah (embolus). Bila embolus mencapai paru-paru, terjadilah apa yang disebut pulmonary embolism, jantung dan pernafasan ibu bisa berhenti secara tiba-tiba. Terjadilah kematian mendadak.
h. Pembekuan darah
Pembekuan darah dapat terjadi pada urat halus di bagian kaki atau organ panggul. Jika bekuan ini mengalir ke paru-paru, terjadilah embolus.
i. Kematian saat persalinan
Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu pada sectio caesaria lebih tinggi dibandingkan persalinan normal.Kematian umumnya disebabkan karena kesalahan pembiusan, atau perdarahan yang tidak ditangani secara tepat.
j. Kelumpuhan kandung kemih
Usai Sectio Caesaria, ada kemungkinan ibu tidak bisa buang air kecil karena kandung kemihnya kehilangan daya gerak (lumpuh). Ini terjadi karena saat proses pembedahan kandung kemih terpotong.
k. Hematoma
Hematoma adalah perdarahan pada rongga tertentu, jika ini terjadi selaput disamping rahim akan membesar membentuk kantung akibat pengumpulan darah yang terus menerus. Akibatnya fatal, yaitu kematian ibu.Sebenarnya, kasus ini juga bisa terjadi pada persalinan normal.Tetapi mengingat resiko perdarahan pada sectio caesaria lebih tinggi, risiko hematoma pun lebih besar.
l. Usus terpilin
Sectio caesaria mengakibatkan gerak peristaltik usus tidak bagus, kemungkinan karena penanganan yang salah akibat manipulasi usus, atau perlekatan usus saat mengembalikannya ke posisi semula.
m. Keracunan darah
Keracunan darah pada sectio caesaria dapat terjadi karena sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi.Ibu yang di awal kehamilan mengalami infeksi bawah rahim, berarti air ketubannya sudah mengandung kuman. Jika ketuban pecah dan didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk karena bernanah. Selanjutnya kuman masuk ke dalam pembuluh darah ketika operasi berlangsung, dan menyebar keseluruh tubuh.Keracunan darah yang berat dapat menyebabkan kematian ibu.

2. Risiko Jangka Panjang
a. Masalah psikologis
Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami Sectio caesaria mempunyai perasaan negatif usai menjalaninya (tanpa memperhatikan kepuasan hasil operasi).Depresi pasca persalinan juga masalah yang sering muncul. Beberapa mengalami reaksi stress pascatrauma berupa mimpi buruk, kilas balik, atau ketakutan luar biasa terhadap kehamilan. Masalah psikologis ini lama-lama akan mengganggu kehidupan rumah tangga atau menyulitkan pendekatan terhadap bayi. Hal ini muncul jika ibu tidak siap menghadapi operasi.
b. Perlekatan organ bagian dalam
Penyebab perlekatan organ bagian dalam pasca sectio caesaria adalah tidak bersihnya lapisan permukaan dari noda darah.Terjadilah perlengketan yang menyebabkan rasa sakit pada panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri pada saat melakukan hubungan seksual.Jika kelak dilakukan sectio caesaria lagi, perlekatan yang menimbulkan kesulitan teknis hingga melukai organ lain, seperti kandung kemih atau usus.
c. Pembatasan kehamilan
Dulu, perempuan yang pernah mengalami sectio caesaria hanya boleh melahirkan lebih dari itu, bahkan sampai 5 kali.Tapi risiko dan komplikasi lebih berat.

3. Risiko Persalinan Selanjutnya
a. Sobeknya jahitan rahim
Ada 7 lapisan jahitan yang dibuat saat sectio caesaria.Yaitu jahitan pada kulit, lapisan lemak, vasia, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim dan rahim.Jahitan rahim ini dapat sobek pada persalinan berikutnya.Makin sering menjalani sectio caesaria makin tinggi risiko terjadinya sobekan.
b. Pengerasan plasenta
Plasenta bisa tumbuh ke dalam melewati dinding rahim, sehingga sulit dilepaskan.Bila plasenta sampai menempel terlalu dalam (sampai ke myometrium), harus dilakukan pengangkatan rahim karena plasenta mengeras.Risikonya terjadi plasenta ini bisa meningkat karena sectio caesaria.
c. Tersayat
Ada dua pendapat soal kemungkinan tersayatnya bayi saat sectio caesaria.Pertama, habisnya air ketuban yang membuat volume ruang dalam rahim menyusut.Akibatnya, ruang gerak bayipun berkurang dan lebih mudah terjangkau pisau bedah.Kedua, pembedahan lapisan perut selapis demi selapis yang mengalirkan darah terus menerus.Semburan darah membuat janin sulit terlihat.Jika pembedahan dilakukan tidak hati-hati, bayi bisa tersayat di dalam kepala atau bokong.Terlebih dinding rahim sangat tipis.
d. Masalah pernafasan
Bayi yang lahir lewat sectio caesaria cenderung mempunyai masalah pernafasan yaitu nafas cepat dan tak teratur.Ini terjadi karena bayi tidak mengalami tekanan saat lahir seperti bayi yang lahir alami sehingga cairan paru-parunya tidak bisa keluar. Masalah pernafasan ini akan berlanjut hingga beberapa hari setelah lahir.
e. Angka APGAR rendah
Angka APGAR adalah angka yang mencerminkan kondisi umum bayi pada menit pertama dan menit ke lima. Rendahnya angka APGAR merupakan efek anestesi dari sectio caesaria, kondisi bayi yang stress menjelang lahir, atau bayi tidak distimulasi sebagaimana bayi yang lahir lewat persalinan normal. Berdasarkan penelitian, bayi yang lahir lewat sectio caesaria butuh perawatan lanjutan dan alat bantu pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan bayi lahir normal.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
d. Riwayat kesehatan dahulu:
e. Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
f. Riwayat kesehatan sekarang :
g. Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
h. Riwayat kesehatan keluarga:
i. Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
j. Pola-pola fungsi kesehatan
k. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
l. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
m. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
n. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
o. istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
p. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
q. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
r. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
s. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
t. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

2. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila mamae
7) abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.Diagnosa keperawatan.
J. Analisa Data

K. Diagnosa Keperawatan
a. Transisi perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga (Dongoes, 2001).
b. Gangguan nyaman: nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan (Dongoes, 2001).
c. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi (Dongoes, 2001).
d. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan (Dongoes, 2001).
e. Risiko tinggi terhadap infeksi berubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak (Dongoes, 2001).
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (Dongoes, 2001)
g. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemanjaan informasi, tidak mengenal sumber-sumber (Dongoes, 2001).
h. Perubahan eleminasi urin berhubungan dengan trauma/diversi mekanisme efek-efek normal/anastesi (Dongoes, 2001)
i. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anastesi, penurunan kekuatan dan pertahanan, ketidaknyamanan fisik (Dongoes, 2001).

J. Intervensi Dan Rasional

1. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi / peningkatan anggota keluarga.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggota barunya.
Kriteria hasil :
a). Menggendong bayi, bila kondisi memungkinkan
b). Mendemonstrasikan prilaku kedekatan dan ikatan yang tepat.
c). Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan cepat.
Intervensi : 
a. anjurkan pasien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi, tergantung pada kondisi pasien dan bayi, bantu sesuai kebutuhan,
b. berikan kesempatan pada ayah atau pasangan muntuk menyentuh dan menggendong bayi dan bantu dalam perawatan bayi sesuai dengan kemungkinan situasi.
c. observasi dan catat interaksi keluarga bayi, dan perhatikan perilaku yang dianggap mengandalkan dan kedekatan dalam budaya tertentu.
d. diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksi yang lazin dari ikatan. Perhatikan kenormalan dari variasi respon dari satu waktu ke waktu.
e. sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan sifat segera bila kondisi ibu atau bayi memungkinkan.
f. berikan informasi sesuai kebutuhan, keamanan kondisi bayi. Dukungan pasangan sesuai kebutuhan.
g. jawab pertanyaan pasien mengenai protokol, perawatan selama periode pasca kelahiran.
Rasional :
a. jam pertama setelah melahirkan memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga mterjadi karena ibu dan bayi secara emosional dan menerima isyarat satu sama lain,yang memulai kedekatan dan proses pengenalan.
b. membantu memudahkan ikatan/ kedekatan diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan untuk ibu memvalidasi realita situasi dan bayi baru lahir.
c. pada kontak pertama dengan bayi, ibu menunjukan pola progresif dari perilaku dengan cara menggunakan ujung jari
d. membantu pasien dan pasangan memahami makna pentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan
e. meningkatkan kesatuan keluarga dan membantu sibling memulai proses adaptasi positif terhadap peran baru dan memasukan anggota baru ke dalam struktur keluarga.
f. membatu pasangan untuk memproses dan mengevaluasi informasi yang diperlukan, khususnya bila priode pengenalan awal telah terlambat.
g. informasi menghilangkan ansietas yang dapat menggangu ikatan atau mengakibatkan absorpsi daripada perhatian terhadap bayi baru lahir.

2. Ketidaknyamanan: nyeri, akut berhubungan dengan trauma pembedahan
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidaknyamanan; nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
a). Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri
b). Tampak rileks mampu tidur.
c). Skala nyeri 1-3 
Intervensi :
a. tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan perkatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis.
b. berikan informasi dan petunjuk antisipasi menganai penyabab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat.
c. evaluasi tekanan darah dan nadi: perhatikan perubahan perilaku.
d. perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.
e. ubah posisi pasien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan gososkan punggung dan gunakan tehnik pernafasan dan relaksasi dan distraksi.
f. lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur-prosedur pembebasan dengan tepat 30 menit setelah pemberian analgesik.
g. anjurkan ambulasi dini. Anjurkan menghindari makanan dan cairan berbentuk gas : misalnya: kacang-kacangan, kol, minuman karbonat.
h. palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh. Memudahkan berkemih periodik setelah pengangkatan kateter indweling.
Rasional :
a. pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membadakan nyeri pasca oprasi dari terjadinya komplikasi.
b. meningkatkan pemacahan masalah, membantu mengurang nyeri berkenaan dengan ansietas.
c. pada banyak pasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesia dapat menurunkan tekanan darah.
d. selama 12 jam pertama pasca partum, kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini berlanjut 2-3 hari berikutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang memperberat nyeri meliputi multipara, over distersi uterus.
e. merilekkan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi tidak menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera.
f. nafas dalam meniningkatkan upaya pernafasan. Pembebasan menurunkan regangan dan tegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan berkenaan dengan gerakan otot abdomen.
g. menurunkan pembentukan gas dan meningkatkan peristaltik untuk menghilangkan ketidak nyamanan karena akumulasi gas.
h. kembali fungsi kandung kemih normal memerlukan 4-7 hari dan oper distensi kandung kemih menciptakan perasaan dan ketidaknyamanan.

3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri tranmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ansietas dapat berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
a). Mengungkapkan perasaan ansietas
b). Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun
c). Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.
Intervensi :
a. Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan.
b. Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah Rasional Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau harapan yang tidak terpenuhi dalam proses ikatan/menjadi orang tua. Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.
c. Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi
d. Mulai kontak antara pasien/pasangan dengan baik sesegera mungkin.
Rasional :
a. memberikan dukungan emosional; dapat mendorong mengungkapkan masala.
b. membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru, mengurangi perasaan ansietas.
c. khayalan yang disebabkan informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas.
d. mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau menganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi. 

4. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak lagi mengungkapkan perasaan negatif diri dan situasi
Kriteria hasil :
a). Mengungkapkan pemahaman mengenai faktor individu yang mencetuskan situasi saat ini.
b). Mengekspresikan diri yang positif.
Intervensi :
a. Tentukan respon emosional pasien / pasangan terhadap kelahiran sesarea.
b. Tinjau ulang partisipasi pasien/pasangan dan peran dalam pengalaman kelahiran. Identifikasi perilaku positif selama proses prenatal dan antepartal.
c. Tekankan kemiripan antara kelahiran sesarea dan vagina. Sampaikan sifat positif terhadap kelahiran sesarea. Dan atur perawatan pasca patum sedekat mungkin pada perawatan yang diberikan pada pasien setelah kelahiran vagina.
Rasional :
a. kedua anggota pasangan mungkin mengalami reaksi emosi negatif terhadap kelahiran sesarea meskipun bayi sehat, orangtua sering berduka dan merasa kehilangan karena tidak mengalami kelahiran pervagina sesuai yang diperkirakan.
b. respon berduka dapat berkurang bila ibu dan ayah mampu saling membagi akan pengalaman kelahiran, sebagai dapat membantu menghindari rasa bersalah.
c. pasien dapat merubah persepsinya tentang pengalaman kelahiran sesarea sebagaiman persepsinya tentang kesehatannya / penyakitnya berdasarkan pada sikap professional.

5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak.
Kriteria hasil :
a). Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.
b). Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.
Intervensi :
a. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.
b. Tinjau ulang hemogolobin / hematokrit pranantal ; perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan pasien pada infeksi pasca operasi.
c. Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya Perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan berat badan prenatal.
d. Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi.
e. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepasnya balutan sesuai indikasi.
f. Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan odem, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan.
g. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusi atau adanya nyeri tekan uterus yang ekstrem.
Rasional :
a.membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi.
b. anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sesarea meningkatkan resiko infeksi dan memperlambat penyembahan.
c. pasien yang berat badan 20% dibawah berat badan normal atau yang anemia atau yang malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum dan dapat memerlukan diet khusus.
d. mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume, sirkulasi dan aliran urin, protein dan vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin.
e. balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran sesarea membantu melindungi luka dari cedera atau kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma.
f. tanda-tanda ini menandakan infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus.
g. Setelah kelahiran sesarea fundus tetap pada ketinggian umbilikus selama sampai 5 hari, bila involusi mulai disertai dengan peningkatan aliran lokhea, perlambatan involusi meningkatkan resiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan jaringan plasenta tertahan atau infeksi.


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon