Sunday, October 15, 2017

LAPORAN PENDAHULUAN DYSPEPSIA


laporan pendahuluan dispepsia meliputi pengertian dan rencana keperawatan
A. DEFINISI
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). Pengertian dyspepsia  terbagi dua : (Mansjoer Arif, 2001)
a. Dyspepsia organic, bila telah di ketahui adanya kelainan organic sebagai penyebabnya.
b. Dyspepsia non organic atau dyspepsia fungsional, atau dyspepsia non ulkus,  bila tidak jelas penyebabnya.
Dyspepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak mengenyangkan sesudah makan, yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati dan mungkin kram dan begah perut. Sering kali diperberat oleh makanan yang berbumbu, berlemak atau makanan berserat tinggi, dan oleh asupan kafein yang berlebihan, dyspepsia tanpa kelainan lain menunjukkan adanya gangguan fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011)
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat  kenyang, sendawa (Dharmika, 2001).

B. ETIOLOGI
Seringnya, dyspepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yang terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami penurunan hingga 85%. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia.  Terkadang penyebab dyspepsia belum dapat ditemukan.
Penyebab dyspepsia secara rinci adalah:
1. Menelan udara (aero fagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari  lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastri kumat atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidak mampuan mencerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
10.Infeksi Helicobacter pylory
11. Perubahan pola makan
12. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
13. Alkohol dan nikotin  rokok

C. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alcohol serta adanya kondisi kejiwaan stress. Pemasukan makanan menjadi kurang dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesek anantara dinding-dinding lambung. Kondisi Demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
patofis dispepsia

D. GAMBARAN KLINIK
1. Nyeri perut (abdominal discomfort)
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis se ldarah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja dan urine.  Lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organic lainnya antara lain pancreatitis kronis, DM. Pada dyspepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan (Mansjoer, 2007).
3. Endoskopi  bias digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori.
4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yatu OMD dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007

F. KOMPLIKASI
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara lain:
a. Perdarahan
b. Kangker lambung
c. Muntah darah
d. Ulkus peptikum

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dyspepsia dibagi atas dua yaitu non farmakologi dan farmakologi : (MonsjoerArif, 2001)
1. Penatalaksanaan non farmokologi
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b. Menghindarai factor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang berlebihan, nikotin, rokok, dan stress.
c. Atur pola makan
2. Penatalaksanaan farmakologi
Sampai sekarang belum regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat di mengerti karena froses fatofisiologi pun belum jelas.
Obat-obatan yang di berikan pada klien dyspepsia meliputi :
a. antasid (menetralkan asam lambung).
b. Golongan anti koli nergi (menghambat pengeluaran asam lambung), dan
c. prognetik (mencegah terjadinya muntah)

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeriuluhatiberhubungandenganiritasidaninflamasipadalapisanmukosa, submukosa, danlapisanototlambung
b. Nutrisikurangdarikebutuhantubuhberhubungandengandisfagia, esofagitisdan anorexia.
c. Ketidakseimbangancairanberhubungandengan gastroenteritis
d. Intoleransiaktivitasberhubungandengankelemahanfisik

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri.
Kriteria hasil: klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri.

INTERVENSI

RASIONAL

1.     Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
2.     Berikan istirahat dengan posisi semifowler
3.     Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat
meningkatkan kerja asam lambung
.
4.     Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya.
5.     Observasi TTV
6.     Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
7.     Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik

1.     Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2.     Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen
yang bertambah dengan posisi telentang
3.     dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas
peristaltik
4.     mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium
5.     sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya
6.     Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
7.     Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan
intervensi terapi lain
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, esofagitis dan anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu
Kriteria hasil: klien menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

INTERVENSI

RASIONAL

1.     Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat
2.     Timbang BB klien
3.     Berikan makanan sedikit tapi sering
4.     Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat
badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus,
riwayat mual/rnuntah atau diare.
5.     Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.
6.     Monitor intake dan output secara periodik.
7.     Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada
hubungannya dengan medikasi. 
Awasi frekuensi,
volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).

1.       Untuk mengidentifikasi indikasi / perkembangan dari hasil yang
diharapkan
2.       Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
3.       Meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster
4.       Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi
yang tepat 
Berguna dalam pengawasan
kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
.
5.       Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan
intake diet klien.
6.       Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
7.       Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan
masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah dan diare
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan.
Kriteria hasil: klien mempertahankan/menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

INTERVENSI

RASIONAL

1.
Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membrane
mukosa, turgor kulit.
2.
Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine
dengan akurat.
3.
Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik.
4.
Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan
cairan optimal misalnya jadwal masukan cairan.
5.
Berikan/awasi hiperalimentasi IV

1.
Indikator
keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.
2.
Klien
tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan
untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
3.
Membantu
klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretic
mencegah kehilangan cairan lanjut.
4.
Melibatkan
klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbanga nuntuk berhasil.
5.
Tindakan
darurat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektroli
d. Intoleransiaktivitasberhubungandengankelemahanfisik
Tujuan: menunjukkan kemampuan beraktivitas
Kriteria hasil: klien menyatakan mampu menggerakkan tubuh

INTERVENSI

RASIONAL

1.
Kaji
kemampuan klien untuk melakukan aktivitas dan catat laporan kelelahan.
2.
awasi
vital sign: TD, nadi, pernapasan sebelum dan sesudah aktivitas.
3.
Beri
bantuan dalam melakukan aktivitas

1.  
Untuk
melakukan intervensi selanjutnya
2.  
Untuk
mengetahui kondisi klien
3.  
Menjaga
keamanan klien, dan menghemat energy klien

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon