Friday, October 13, 2017

KETUBAN PECAH DINI (KPD)



Askep Ketuban pecah dini

                                                    KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. Pengertian
Ketuban pecah dini (Early Rupture Of The Membrane) terdapat bermacam-macam batasan teori/definisi. Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum in partu, misalnya 2, 4 atau 6 jam sebelum in partu. Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I,  misalnya ketuban yang pecah sebelum pembukaan serviks 3 cm atau 5 cm, dan sebagainya. Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa airdari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung. ( saifudin, 2002 ).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim ( periode laten ). ( manuaba, 2001 ).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. ( Mochtar, 1998 ).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terjadi proses persalinan berlangsung. (Prawirohardjo, 2002 ).
Jadi Prinsipnya adalah ketuban yang pecah “sebelum waktunya”. 
Kapan normalnya ketuban tu pecah..? Normal selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II persalinan. Bisa juga belum pecah sampai saat mengedan, sehingga kadang perlu dipecahkan (amniotomi).

B. Etilogi
Penyebab dari ketuban pecah dini masih belum jelas dan tidak dapat dipastikan apa penyebabnya, akan tetapi penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktor dijabarkan sebagai berikut:
1. Servik inkompeten
Servik dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri internum atau pada servik yang terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dan diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin dalam masa kehamilan trimester dua dan tiga ( Prawirohardji, 2002 )
2. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan kulit ketuban dapat pecah, misalnya aminonitis atau kasioaminionitis, infeksi genetalia, ( Manuaba, 1998).
3. Ketegangan rahim berlebihan
Ketegangan rahim berlebihan seperti kehamilan ganda dan hidramion. Peningkatan tekanan distensi pada kulit ketuban diatas ostium uteri internum pada servik yang sudah terbuka atau peningkatan tekanan pada intra uterin yang meninggi secara mendadak (Manuaba, 1998 ).
4. Kelainan letak janin dalam rahim
Kelainan letak berarti tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah. (Manuaba, 1998)
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
Kelainan bawaah dari selaput ketuban misalnya pada selaput ketuban yang terlalu tipis sehingga sangat mudah pecah.
6. Kemungkinan kesempitan panggul
Ini sering terjadi padaperut gantung bagian terendah belum masuk pintu atas panggul (PAP), safalopelvik disproporsi, dimana tidak dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah, atau tidak dapat tertutup secara sempurna.

C. Patofisiologi
1. Terjadi pembukaan premature serviks
2. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
3. Bila terjadi pembukaan serviks, maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan terjadi pengeluaran air ketuban.
4. Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim : Enzim proteolitik dan Enzim kolegenase.

D. Manifestasi kelinik
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan. Dapat keluar sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada pemeriksaan dalam kasus KPD yang perlu dikaji adalah
? Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina
? Penipisan serviks
? Konsistensi serviks
? Kulit ketuban
? Penurunan kepala
? Denominator dan apakah ada bagian yang menumbung
? Bagian terbawah dari janin
? Point of direction
5. Pada pemeriksaan dengan inspekulo tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Ultrasonografi (USG)
USG dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, anomaly janin, atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
2. Pemantauan Janin
Membantu dalam mengevaluasi janin, dapat dilakukan dengan evaluasi DJJ menggunakan funduskop.
3. Protein C-Reaktif
Peningkatan protein C-Reaktif serum menunjukkan peningkatan korioamnionitis.
4. Tes Lakmus (tes nitrazin)
Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat mengahasilkan tes positif palsu.
5. Tes Pakis
Dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopis mununjukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis.
6. Pemeriksaan inspekulo
Nilai apakah cairan ketuban diforniks posterior dan mengambil sample cairan untuk pemeriksaan bakteriologis.

F. Komplikasi KPD
1. Infeksi intrapartum Disebut jg korioamnionitis ascendens dari vagina ke intrauterin
2. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm
3. Prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang).
4. Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Konsevatif
• Rawat rumah sakit dengan tirah baring, bila tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin, umur kehamilan kurang 37 minggu.
• Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
• Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
• Jangan melakukan periksan dalam telalu sering kecuali ada tanda-tanda persalinan.
• Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
• Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
2. Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.
• Induksi atau akselerasi persalinan.
• Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan.
• Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.

H. Hal-hal yang harus diperhatikan saat pecah ketuban
Yang harus segera dilakukan : Pakai pembalut/handuk, dan Lakukan nafas. Yang tidak boleh dilakukan: Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi kuman. Jangan bergerak mondar-mandir/berjalan atau berlari , karena air ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya lebih tinggi.

I. Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ibu
1. Hipertermia berhubungan dengan infeksi kerena paparan kuman pathogen.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jalan lahir kontak terlalu lama dengan ekstrauteri.
3. Ansietas berhubungan dengan partus lama
4. Nyeri berhubungan dengan berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada bayi
1. Kerusakan  pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas yang diakibatkan berkurangnya pemenuhan O2.
2. Resiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan distress janin, hipoksia jaringan.
3. Hipotermia berhubungan dengan tidak stabilnya suhu tubuh karena lemak bawah kulit berkurang.



Artikel Terkait


EmoticonEmoticon