Saturday, October 14, 2017

PENYAKIT KULIT SCABIES


PENYAKIT KULIT SCABIES

Penyakit Kulit Skabies
1. Pengertian Skabies
Skabies berasal dari bahasa Latin yaitu scabies yang artinya keropeng, kudis, gatal, yang disebabkan oleh tungu kecil berkaki delapan (Sarcoptes scabiei), dan didapatkan melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini, seringkali berpegangan tangan dalam waktu yang sangat lama barang kali merupakan penyebab umum terjadinya penyebaran penyakit ini (Robin, 2005).
Skabies adalah penyakit kulit yang di sebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei dan produknya (Djuanda, 2007). Skabies umumnya menyerang lipatan tubuh, gejala gatal-gatal menyerang pada bagian kulit di malam hari. Penyakit skabies disebabkan faktor kebersihan yang kurang dipelihara secara baik, alat tidur berupa sprei, bantal, tempat tidur dan kondisi kamar yang lembab, dapat memicu terjadinya gatal-gatal (Siswono, 2005).
Skabies dikaitkan sebagai penyakit anak pesantren alasannya karena anak pesantren suka/gemar bertukar, pinjam-meminjam pakaian, handuk, sarung, bahkan bantal, guling dan kasur kepada sesamanya, sehingga di sini kunci akrabnya penyakit ini dengan dunia pesantren (Handri, 2008).
2. Epidemiologi
Banyak faktor yang menunjang penyakit ini, antara lain sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, bergonta-ganti pasangan, perkembangan demografis serta ekologis. Penyakit skabies disebut juga penyakit masyarakat karena mudah menular dan sangat cepat perkembanganya, terutama di tempat yang padat penduduk (Rahariyani, 2007).
3. Penyebab Skabies
Skabies didapatkan melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini, seringkali berpegangan tangan dalam waktu yang sangat lama barangkali merupakan penyebab umum terjadinya penyebaran penyakit ini (Brown, 2005).
Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku, selangkangan. Skabies identik dengan anak pondok pesantren, penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit skabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatanya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karena apabila di lakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit skabies (Yosef, 2007).
Secara morfologik adalah tungu kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungu ini berwarna putih kotor. Ukuranya,  betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai  4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan adalah sebagai alat-alat meletakan dan 2 pasang kaki kedua di betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungu ini adalah sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungu betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum corneum, dengan kecepatan sekitar 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakan telurnya 2 sampai 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40-50.  Bentuk betina yang telah di buahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai tiga pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunya 2 bentuk, jantan dan betina. Dengan 4 pasang kaki, seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-10 hari Sarcoptes scabiei betina dapat hidup di luar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari, yang di serang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa, pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang (Brown, 2005).
4. Patogenesis
Kelainan kulit dapat di sebabkan tidak hanya oleh tungau  skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak yang kuat, menyebabkan ruam timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi di sebabkan oleh sensifitas terhadap sekret tungau yang memerlukan  waktu kira–kira sebulan setelah investasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukan papul, vesikel, urtika, dan lain–lain. Dengan  garukan dengan  timbul erotis, ekskoriasi, krusta, dan inveksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko, 2007).
5. Tanda dan Gejala   
Ada 4 tanda dan gejala menurut (handoko, 2007) :
a. Gejala yang ditunjukan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, dan muncul gelembung berair pada kulit.
b. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktifitas tungau ini lebih tinggi dari suhu yang lebih lembab dan panas.
c. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi, begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya serta kehidupan di pondok pesantren. Sebagian besar tetangga yang berdekatan akan di serang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan Hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarga terkena. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
d. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih ke abu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada terowongan ini detemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruang kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum corneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan kaki.
6. Cara penularan
Penularan skabies terjadi ketika orang–orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasilitas-fasilitas kesehatan yang di gunakan oleh masyarakat luas. Penyakit skabies dapat di tularkan melalui kontak langsung, yang paling sering adalah kontak langsung misalnya saat berjabat tangan, tidur bersama bahkan penyakit ini dapat pula di tularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Penularan secara tidak langsung melalui benda-benda yang digunakan secara bersama-sama, misalnya dari penggunaan alat mandi, handuk, pakaian, bantal, seprei, dan sebagainya secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk
7. Pencegahan Penyakit Skabies
Pencegahan sering kali terlewatkan dalam menangani suatu penyakit. Dalam pencegahan penyakit skabies, selayaknya orang menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitarnya. Mandi, penggunaan pakaian, bantal, tempat tidur, dan sprei secara bersamaan dengan seorang penderita hendaknya dihindari. Melakukan penjemuran kasur dan bantal secara rutin amat membantu mencegah tertular orang dari penyakit ini. Walaupun harus dengan berat hati, kontak secara langsung melalui kulit untuk sementara harus dilakukan sampai penderita sembuh (Siskawati, 2008).
Pencegahan penyakit skabies yang paling utama adalah menjaga kebersihan badan dengan mandi dua kali sehari secara teratur, kebersihan kulit sangatlah penting karena kulit merupakan garis pertahanan tubuh yang pertama dari kuman penyakit, serta menjaga lingkungan di dalam rumah agar tetap mendapat sinar matahari yang cukup, tidak lembab, dan selalu dalam keadaan bersih.
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
b. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
c. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan
8. Penanganan Penyakit Skabies
Tindakan yang sangat penting untuk penanganan penyakit skabies ini adalah memutus mata rantai penularan. Sehingga penanganan penyakit skabies biasanya dilakukan secara masal agar mata rantai penularan dapat dibasmi secara cepat dan tuntas agar tidak terjadi penularan ulang.
Membersihkan tubuh secara teraratur dengan mandi, membersihkan semua baju dan alas tidur (sprei atau sejenisnya), dan memberikan obat kepada penderita seperti pemberian 5% permethrin cream biasanya cukup untuk membuat hilang ektoparasit dan pengurangan dari simptom (biasanya pruritus). Pemberian berulang dibutuhkan untuk mengobati penyakit skabies diantara komunitas orang. Permethrin cream digunakan untuk sekali pemakaian. Oleskan Permethrin cream merata pada seluruh permukaan kulit mulai dari kepala sampai ke jari-jari kaki, terutama daerah belakang telinga, lipatan bokong dan sela-sela jari kaki. Lama pemakaian selama 8-12 jam. Dianjurkan pengolesan pada malam hari kemudian dicuci pada keesokan harinya. (Liana, 2007).
9.  Jenis Obat-obat skabies
1) Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
2) Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3) Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau lotion, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian.
4) Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. krim (eurax) hanya efektif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
5) Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6) Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan (Brown, 2005).

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon