Saturday, September 15, 2018

MENGENAL TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Mengenal-Terapi-Relaksasi-Otot-Progresif


1. Pengertian
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti (Herodes, 2010) dalam (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapidengan cara peregangan otot kemudian dilakukan relaksasi otot (Gemilang,2013). Relaksasi progresif adalah cara yang efektif untuk  relaksasi dan mengurangi kecemasan (Sustrani, Alam, & Hadibroto, 2004).

2. Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005) dalam Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa tujuan dari teknik ini adalah:
a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.
b. Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokus perhatian seperti relaks.
d. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
e. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
f. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan, gagap ringan, dan
g. Membangun emosi positif dari emosi negatif.

3. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011, hlm.108) bahwa indikasi dari terapi relaksasi otot progresif, yaitu:
a. Klien yang mengalami insomnia.
b. Klien sering stres.
c. Klien yang mengalami kecemasan.
d. Klien yang mengalami depresi.

4. Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan teknik ini yaitu:
1. Persiapan
2. Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan sunyi.
3. Pahami tujuan, manfaat, prosedur.
4. Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
5. Menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
6. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.
7. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat.
5. Berikut dipaparkan masing-masing gerakan dan penjelasan mengenai otot otot yang dilatih:
a. Gerakan pertama
Ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. Klien diminta membuat kepalan ini semakin kuat (gambar 2), sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks selama 10 detik. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
b. Gerakan kedua
Adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit (gambar 2).
c. Gerakan ketiga
Adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan (lihat gambar 3). Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.
d. Gerakan keempat
Ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi untuk  mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.
e. Gerakan kelima sampai ke delapan
Adalah gerakan-gerakan yang ditujukan untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai ototototnya  terasa dan kulitnya keriput. Gerakan yang ditujukan untuk mengendurkan otot-otot mata diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata (gambar 5).
f. Gerakan ketujuh
Bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang.
g. Gerakan kedelapan
Gerakan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir  dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
h. Gerakan kesembilan
(gambar 7) dan gerakan kesepuluh (gambar 7) ditujukan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun belakang. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan. Klien dipandu meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
 Sedangkan gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan (lihat gambar 7). Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka.
i.Gerakan kesebelas
Bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada sehingga tampak seperti pada gambar 6. Kondisi tegang dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot menjadi lemas.
j. Gerakan keduabelas
Dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada. Pada gerakan ini, klien diminta untuk menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan dilepas, klien dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana dengan gerakan yang lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan rileks.
k. Gerakan ketigabelas
Bertujuan untuk melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut menjadi kencang dank eras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk perut ini. Gerakan 14 dan 15 adalah gerakan-gerakan untuk otot-otot kaki. Gerakan ini dilakukan secara berurutan.
l. Gerakan keempat belas
Bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah  telapak kaki (lihat gambar delapan) sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut (lihat gambar delapan), sedemikian sehingga ketegangan pidah ke otot-otot betis. Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan posisi tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua kali.

MENGENAL ISTILAH THOUGHT STOPPING

mengenal-istilah-thought-stopping



A. Konsep Teknik Penghentian Pikiran Negatif
Thought Stopping Merupakan salah satu teknik yang efektif dan cepat untuk membantu Anda yang sedang terganggu pikiran negatif dan kekhawatiran yang sering menyertai gangguan panik, kecemasan dan agoraphobia.(Davis, M., Eshelman, E.R. and McKay, M.).
Kesalahan berpikir seringkali menimbulkan dampak yang besar bagi konseli.Awalnya masalah tersebut kecil tapi lama-kelamaan menjadi sulit dipecahkan. Thought stopping merupakan suatu teknik untuk mengatur pikiran negatif. Menurut Joseph Wolpe teknik penghentian pikian negatif adalah :
• Suatu teknik rahasia yang digunakan untuk menyembunyikan pemikiran negatif /pemikiran yang merusak diri
• Suatu teknik atau jalan yang sempurna untuk menghilangkan pemikiran negatif dalam diri
Sedangkan menurut GW Stuart, MT Laraia, dan MC Townsend thought stopping adalah :
• Proses penghentian pikiran yang mengganggu
• Prosedur yang digunakan untuk menghentikan pikiran yang mempengaruhi perilaku paksaan atau perilaku keinginan diri sendiri
• Mengganti pikiran tidak sehat menjadi pikiran sehat.
• Tindakan yang digunakan untuk mengubah kebiasaan/pola hidup tidak sehat.
• Kemampuan untuk menghentikan bayangan atas suatu gagasan, gambaran, pikiran, ketakutan atau stimulus yang menyebabkan perilaku yang ttidak sesuai.
• Teknik yang digunakan untuk mengurangi dampak negatif dari stress dan ketakutan
• Teknik pengurangan dampak dari stress yang pernah dialami
Jadi teknik penghentian pikiran negatif adalah salah satu teknik dalam pendekatan behavioral counseling untuk menghentikan pikiran negatif yang mempengaruhi tingkah laku konseli.


B. Karakteristik Thought Stopping
Karakteristik ini antara lain :
1. Model perlakuan kognitif
2. Bersifat instruksional (baik oleh orang lain/diri sendiri)
3. Verbalisasi dan pengisyaratan isi pikiran
4. Pemutusan alur pikiran
5. Interupsi yang bersifat mendadak

C. Tujuan
Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah :
• Untuk melemahkan perilaku yang tidak dikehendaki oleh konseli
• Untuk menghentikan pikiran-pikiran negatif akibat pengalaman ynag telah lalu

D. Asumsi
Penggunaan teknik penghentian pikiran negatif ini dimaksudkan karena pikiran dan kepercayaan seseorang terkadang dapat menimbulkan perilaku negatif. Sehingga, perilaku bermasalah atau negatif tersebut dapat diubah melalui pengubahan pikiran dan kepercayaannya.

E. Relefansi
Thought stopping technique ini biasanya digunakan untuk konseli yang mengalami gangguan pikiran obsesif dan membayangkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi (misalnya khawatir bahwa kapal yang akan ditumpangi mereka dalam waktu dua minggu lagi akan mengalami kecelakaan atau khawatir bahwa mereka akan mengalami sakit jiwa ). Teknik ini juga cocok digunakan untuk menangani masalah stes yang berlebihan (tertawa sendiri dan menangis tiba-tiba), ketakutan yang berlebihan (takut pada kucing).

F. Prinsip
Prinsip yang digunakan dalam teknik ini antara lain :
• Penerapan individual lebih menguntungkan karena kalau teknik ini digunakan dalam situasi kelompok maka akan mengganggu konsentrasi dari konseli itu sendiri.
• Mempersyaratkan konsentrasi
• Memerlukan kondisi rileks
• Perancangan dan proses penggunaan teknik ini secara teratur dan berjangka
• Stimulus penghentian harus kuat
• Berikan keleluasaan pengembangan pikiran secara bebas

G. Manfaat Teknik Penghentian Pikiran Negatif
Manfaat dalam penggunaan teknik ini diantaranya adalah :
• Mengurangi perilaku maladaptive
• Mengefektifkan perilaku
• Dapat mengurangi kecemasan seseorang
• Mengurangi mengkritik diri yang tidak sehat
• Dapat membantu konseli dalam mengontrol pikiran negative dan halusinasi yang tidak produktif
• Bermanfaat untuk belajar melupakan pengalaman buruk
• Meningkatkan kontrol pikiran

H. Kendala Teknik Penghentian Pikiran Negatif
Kendala yang dihadapi dalam penggunaan teknik ini adalah :
- Stimulus yang diberikan kurang kuat
- Penggunaan waktu kurang efektif
- Lemahnya konsentrasi
- Ragu ketika belum tampak hasilnya
- Ketergesaan mulai sebelum rileks
- Tidak disiplin terhadap prosedur bertahap
- Kurang efektif bila digunakan dalam situasi kelompok
- Hambatan mental
- Setelah diberi interupsi pemikiran negatif pada konseli dapat muncul kembali

I. Prosedur Aplikasi
Langkah-langkah pelaksanaan :
1. Saat konseling ciptakan suasana santai
2. Biarkan konseli mengembangkan pikirannya sampai pikiran negatifnya muncul, diikuti dengan isyarat
3. Instruksi penghentian pikiran dilakukan saat ada isyarat pikiran negative muncul
Penghentian dalam arahan konselor
a. Overt : penghentian dengan kata
b. Covert : pengehentian dengan isyarat
Penghentian secara mandiri
a. Overt : penghentian dengan kata
b. Covert : pengehentian dengan isyarat
Dalam penghentian pikiran, konseli mula-mula disuruh untuk berkonsentrasi pada pikiran-pikiran obsesif dan yang menyebabkan kecemasan serta kemudian mengungkapkan pikiran-pikiran itu dengan suara lantang. Ketika konseli mulai memunculkan pikiran-pikiran itu, konselor tiba-tiba dengan suara keras berteriak “STOP”. Prosedur ini diulang beberapa kali sampai konseli melaporkan bahwa pikiran-pikiran negatifnya berhasil diinterupsi. Kemudian tanggung jawab untuk intervensi itu dialihkan kepada konseli sehingga konseli sekarang mengatakan kepada dirinya sendiri dengan suara keras “STOP” bila ia mulai berpikir tentang pikiran-pikiran yang menganggu. Segera setelah teriakan yang keras efektif dalam mengehntikan pikiran-pikiran yang menganggu itu, konseli kemudian memulai mempraktekkan sendiri perkataan “STOP” dalam hati (secara diam-diam) manakala pikiran-pikiran yang menganggu itu muncul.

KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN DAN KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

konsep-manajemen-keperawatan-dan-konsep-manajemen-asuhan-keperawatan


A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain (Hersey and Blancchard, dalam buku Suchri Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2007).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatatan diorganisasi. Didalam manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planing, organizing, actuating, controlling) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999 dalam Nursalam, 2012).
Manajemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan adalah yang utama untuk seluruh aktivitas yang lain atau fungsi-fungsi dari manajemen. Perencanaan adalah suatu pemikiran atau konsep nyata yang sering dilaksanakan dalam penulisan, meskipun banyak orang dalam perawatan menggunakan perencanaan secara informal, tanggung jawab dari perencanaan tidak dituliskan, kemungkinan tidak dilaksanakan (Swansburg, 2000).
Manajemen keperawatan diartikan secara singkat sebagi proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien / keluarga / masyarakat (Suyanto, 2008).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1986 dalam Nursalam, 2012).

2. Prinsip Manajemen Keperawatan
Menurut Nursalam 2012, Ada beberapa hal yang terkait dengan prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan yaitu antara lain :
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama-sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktis klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Manajer keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi :
a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan.
b. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa.
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat.
d. Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan.
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup dari tugas dan peran seorang menejerial keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu :
1) Manajemen Puncak.
2) Manajemen Menengah.
3) Manajemen Bawah.
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor-faktor tersebut adalah :
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan.
2) Ketrampilan kepemimpinan.
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin.
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen.

b. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen Rencana Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi (Nursalam, 2012).

4. Tujuan Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan yang  umumnya ditetapkan oleh bidang keperawatan meliputi:
a. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit.
b. Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan dengan mendidik perawat yang mempunyai sikap profesional dan bertanggung jawab dalam pekerjaan.
c. Meningkatkan komunikasi antar staf.
d. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya mempertahankan kenyamanan klien.
e. Meningkatkan hubungan dengan klien, keluarga, dan masyarakat.
f. Meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf keperawatan.
Dengan demikian setiap kegiatan keperawatan diarahkan pada pencapaian tujuan dan merupakan upaya manager keperawatan untuk selalu mengkoordinasikan, mengarahkan, mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi dan integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat.

5. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen- elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat didalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Fungsi menajemen secara ringkas adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Sedangkan menurut Fayol didalam Swansburg (2000) mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan manajemen adalah membuat suatu rencana untuk memberikan pandangan kedepan. Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang penting karena mengurangi risiko pembuatan keputusan yang kurang tepat atau membantu mengantisipasi jika suatu proses tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Perencanaan ialah, “suatu keputusan untuk masa yang akan datang. Artinya, apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dan harus dilakukan untuk mencapai tujan tertentu”. Secara umum, perencanaan dapat ditinjau sebagai suatu:
1) Proses: pemilihan dan pengembangan tindakan yang paling menguntungkan untuk mencapai tujuan.
2) Fungsi: pemimpin dengan kewenangannya dapat mengubah kegiatan dan tujuan yang harus dicapai organisasi.
3) Keputusan: apa yang akan dilakukan untuk waktu yang akan datang.

b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengertian pengorganisasian dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu secara statis dan dinamis. Organisasi dilihat secara statis, yaitu sebagai wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan secara dinamis, yaitu bahwa organisasi merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. (Suchri Suarli dan Yanyan Bachtiar, 2007).
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan mencapai objektif, menentukan cara untuk pengorganisasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya baik secara vertikal maupun horizontal yang bertanggungjawab untuk mencapai objektif organisasi (Swansburg, 2000).
Prinsip-prinsip pengorganisasian diantaranya sebagai berikut :
1) Organisasi (harus) mempunyai tujuan yang jelas (clearly objective).
2) Adanya skala hierarki (the scalar principle).
3) Adanya kesatuan komando atau perintah (unity of command).
4) Pelimpahan wewenang (deligation of authority).
5) Adanya pertanggung jawaban (responsibility).
6) Pembagian kerja (division of work).
7) Rentang kendali (span of control).
8) Fungsionalisasi (functionalitation).
9) Adanya pemisahan tugas (task sparation).
10) Fleksibilitas atau kelenturan (flexsibility).
11) Keseimbangan (balance).
12) Kepemimpinan (leadership).

c. Penggerak (Actuating)
Penggerakan adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi tercapainya tujuan bersama. Penggerakan ini, seringkali terjadi hambatan karena yang digerakan adalah manusia, yang mempunyai keinginan pribadi, sikap, dan perilaku yang khusus.
d. Pengendalian (Controling)
Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana apakah orang-orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah hasil pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakasanaan, tujuan, sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya. (Suchri Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2007).
Fungsi manajemen di dalam keperawatan menurut Nursalam (2012) diantaranya adalah :
1) Menurut Gr. Terry
POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling)
2) Menurut Henry Fayol
POCCC (Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controling)
3) Menurut Luter Gulliek
POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Derecting, Coordinating,  Reporting, Budgeting)
4) Menurut Koont O'Donnell
POSDC (Planning, Organizing, Staffing, Derecting, Controling)
Secara umum fungsi manajemen di dalam keperawatan menggunakan sistem POAC yaitu planning (seorang manajer hendaknya dapat menjalankan suatu perencanaan mengenai tenaga, anggaran, bahan, peralatan, metode dan pemasaran), organizing (mampu menyusun atau mengatur staf), actuating (hendaknya manajer diharapkan mampu menggerakan orang lain melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan yang dikehendaki), controling (seorang manajer hendaknya mampu mengendalikan dan mengawasi proses manajemen) (Nursalam, 2012).


6. Tahapan Manajemen
a. First line management (manajemen operasional) merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut supervisor, manajer shift, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman)
b. Middle management (manajemen tingkat menengah) mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer pertama dan manajer puncak yang bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah yaitu kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
c. Top management (manajemen puncak), dikenal pula dengan istilah executive officer bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer) dan CFO (Chief Financial Officer).

7. Kerangka Konsep, Filosofi dan Misi
Manajemen keperawatan dalam memberikan arah kepada pencapaian tujuan serta menghadapi masalah – masalah manajerial dimasa mendatang perlu untuk merumuskan kerangka konsep, keyakinan dasar, filisofi dan tujuan manajemen keperawatan.
a. Kerangka Konsep
Kerangka konsep manajemen keperawatan adalah manajemen partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Kerangka konsep manajemen keperawatan ini perlu dipahami sehingga para manajer keperawatan akan dapat menatalaksanakan pekerjaannya guna menunjang praktek keperawatan. Adapun kerangka konsep manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :
1) Manusia akan tertarik dan terikat pada pekerjaannya dan akan memberikan upaya yang selayaknya dia diberikan.
2) Jika diberikan informasi yang bermanfaat dan layak, individu akan membuat keputusan terbaik.
3) Tujuan kelompok akan lebih mudah dicapai kelompok.
4) Setiap individu memiliki karakteristik latar belakang motivasi, minat dan cara untuk mencapai tujuan.
5) Fungsi koordinasi dan pengendalian amat pening dalam pencapaian tujuan.
6) Persamaan kualifikasi harus dipertimbangkan dalam pembagian kewenangan dan tanggung jawab.
7) Individu memiliki hak dan tanggung jawab untuk membagi dan mendelegasikan kewenangannya pada mereka yang terbaik dalam organisasi.
8) Pengetahuan dan keterampilan amat diperlukan dalam pengambilan keputusan yang profesional.
9) Semua sistem berfungsi untuk mencapai tujuan dan merupakan tanggung jawab bersama untuk secara terus - menerus (Suyanto, 2008).
b. Filosofi Manajemen Keperawatan
Adalah pernyataan keyakinan tentang keperawatan dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk berfikir dan bertindak (Chitty, 1997 dalam Nursalam, 2012). Manajemen keperawatan memiliki filosofi sebagai berikut :
1) Mengerjakan hari ini lebih baik dari pada hari esok.
2) Manajerial keperawatan merupakan fungsi utama pimpinan keperawatan.
3) Meningkatkan mutu kinerja perawat.
4) Perawat memerlukan pendidikan berkelanjutan.
5) Proses keperawatan menjamin perubahan tingkat kesehatan hingga mencapai keadaan fungsi optimal.
6) Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
7) Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang bermutu.
8) Perawat adalah advokat pasien.
9) Perawat berkewajiban untuk memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga. (Suyanto, 2008)
c. Misi
Menurut Nursalam (2007) misi manajemen keperawatan adalah :
1) Menyediakan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien dalam membantu kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari rumah sakit.
2) Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi pasien dan staf keperawatan/non keperawatan.
3) Mengajarkan, mengarahkan, dan membantu dalam kegiatan profesional keperawatan.
4) Turut serta dan bekerja sama dengan semua anggota tim kesehatan yang ada di rumah sakit/tempat kerja.
Inti konsep dasar manajemen saat ini dan yang akan datang, adalah keseimbangan antara visi, misi dan motifasi yang jelas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan. Proses keperawatan yaitu pengakuan masyarakat  atau profesi lain tentang ekstisensi profesi keperawatan, partisifasi profesi keperawatan dalam pembangunan kesehatan, dan citra profesi keperawatan.
Penjabaran visi dan misi dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit, menurut Gillies (1989) dalam Nursalam (2002) di kutip dari filosofi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Pedleton Memorial, New Orleans, Lousiana USA adalah sebagai berikut:
a. Mengaplikasikan kerangka konsep dan acuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
b. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang di berikan.
c. Menerapkan srtategi dalam meningkatkan kualitas dan pelayanan yang efisien kepada semua konsumen.
d. Meningkatkan hubungan yang baik dengan semua tim kesehatan menilai kualitas pelayanan yang di berikan berdasarkan standar kriteria yang ada.
e. Mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam menilai dan memberikan intervensi keperawatan kepada pasien.
f. Meningkatkan pendidikan berkelanjutan (formal maupun nonformal) bagi perawat dalam usaha meningkatkan kinerjanya.
g. Berpartisipasi secara aktif dalam upaya perubahan model asuhan keperawatan dan peningkatkan kualitas pelayanan.
h. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan melibatkan staf dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut tentang asuhan keperawatan.
i. Memberikan penghargaan kepada staf yang dianggap berprestasi.
j. Konsisten untuk selalu meningkatkan ptoduksi atau pelayanan yang terbaik.
k. Meningkatkan pandangan masyarakat yang positif tentang profesi keperawatan.

8. Proses Manajemen Keperawatan
a. Pengkajian-Pengumpulan Data
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi, agumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen keperawatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien (Nursalam, 2012).
Data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat pada tingkat pelayanan diruangan atau sebagian pendekatan system yang disampaikan oleh Gillies (1989) dalam Nursalam (2012).
b. Perencanaan
1) Definisi
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian, 2001).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan yaitu :
a) Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan.
b) Menegakan tujuan.
c) Mengalokasikan anggaran belanja.
d) Memutuskan ukuran dan tipe tega keperawatan yang dibutuhkan.
e) Membuat pola struktur organisasi.
f) Menegakan kebijaksanaan.
g) Prosedur operasional untuk mencapai visi misi yang ditetapkan.
2) Tujuan perencanaan menurut Douglas
a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan.
c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personel dan fasilitas yang tersedia.
d) Hal tersebut efektif dalam hal biaya.
e) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga membantu elemen perubahan.
f) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
g) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol yang efektif.
3) Langkah – langkah perencanaan
a) Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan.
b) Kumpulkan data.
c) Analisa.
d) Buat alternatif.
e) Pilih dan usulkan alternatif.
f) Pimpinan menetapkan alternatif.
g) Susun rencana.
h) Kaji ulang.
4) Tahapan dalam perencanaan
a) Pengumpulan data
(1) Sensus pasien harian.
(2) Kapasitas tempat tidur.
(3) BOR.
(4) Rata- rata lama dirawat.
(5) Kecenderungan populasi pasien.
(6) Perkembangan teknologi.
(7) Ketenagaan.
b) Analisa lingkungan
(1) Internal : strength, weakness.
(2) Eksternal : opportunity, threats.
c) Pengorganisasian data
d) Pilih data penunjang dan penghambat
e) Pembuatan rencana

c. Pelaksanaan
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi lagi dalam komponen fungsi yang terdiri atas kepemimpinan, komunikasi dan motivasi (Nursalam, 2012).
d. Evaluasi
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan (Nursalam, 2012).

B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Gilles (2005) manajemen keperawatan diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga serta masyarakat. Oleh karena itu, sesuai dengan pendekatan sistem terbuka, manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien, diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol pelayanan tersebut (Supriyatno, Heru, 2005).

1. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Perencanaan
1) Definisi
Perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian, 2001). Perencanaan merupakan proses pemilihan dan pengembangan tindakan yang paling baik dan menguntungkan, serta merupakan fungsi dasar dalam management untuk mengarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan, memberi arti pada pekerjaan, penggunaan sumber efektif dan efisien, menguasai situasi kritikal, mengetahui kebutuhan akan perubahan (Elly dan Nurachmah,  2000).
2) Tujuan
a). Menimbulkan keberhasilan dalam mencapai tujuan.
b). Bermakna pada pekerjaan.
c). Penggunaan efektif personel dan fasilitas.
d). Membantu koping.
e). Efektif dalam biaya.
f). Berdasarkan masa lalu dan akan datang sehingga membantu menurunkan elemen perubahan.
g). Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
h). Diperlukan untuk kontrol efektif.
3) Jenis perencanaan
a). Perencanaan strategis
Dibuat oleh Top Manager (Ka. Bidang Keperawatan), bersifat strategis, berjangka panjang, mengatur kinerja bidang, terdapat komitmen antara atasan dan bawahan.
b). Perencanaan operasional
Dilakukan oleh top manager; merupakan kegiatan harian, mingguan, dan bulanan; berjangka pendek; berasal dari tujuan jangka panjang.
c). Perencanaan bagian
Dibuat oleh beberapa kepala ruangan dan pengawas dalam satu bagian; berjangka 5-10 tahun; tujuan untuk pemantauan dan penilaian; pelaksanaannya semua ruangan yang terlibat.
d). Perencanaan unit
Dibuat oleh kepala ruangan; tujuan untuk bidang keperawatan; dilaksanakan harian yaitu kegiatan askep,mingguan yaitu program penyuluhan, dan jangka panjang.
4) Kegunaan
a). Mengatasi masalah yang dihadapi.
b). Mempermudah pencapaian tujuan.
c). Mempermudah pembuatan kembali rencana baru.
5) Keuntungan
a). Kegiatan terarah.
b). Pengguanaan sumber daya lebih efisien dan efektif.
c). Menurunkan resiko.
d). Landasan kuat untuk pengendalian.
e). Permudah evaluasi dan perbaikan kekurangan.
6) Kendala
a). Kurang terampil pada perencana.
b). Kesulitan memahami tujuan.
c). Keraguan karena keterbatasan wewenang.
d). Kurang dukungan.
b. Pengorganisasian
1) Definisi
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1983 dalam Juniati 1995). Sedangkan menurut Szilagji (1983, dalam Juniati 1995) mengemukakan bahwa fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan dan usaha melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi.
Pengorganisasian merupakan pengelompokkan yang terdiri dari beberapa aktifitas dengan sasaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan masing-masing kelompoknya untuk melakukan koordinasi yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan vertikal untuk mencapai tujuan organisasi sebagai organisasi yang komplek, maka pelayanan keperawatan harus mengorganisasikan aktivitasnya melalui kelompok-kelompok sehingga tujuan pelayanan keperawatan akan tercapai (Juniati, 1995).
Dari berbagai pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pengorganisasian merupakan langkah untuk menetapkan, menggolongkan, dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang sehingga tujuan pelayanan keperawatan akan tercapai.
2) Fungsi pengorganisasian
Alat untuk memadukan (sinkronisasi) antara personil, finansial, material dan tata cara.
3) Manfaat pengorganisasian
a) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
b) Hubungan organisatoris antar orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
c) Pendelegasian wewenang.
d) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.
4) Prinsip-prinsip pengorganisasian
a) Pembagian kerja.
b) Pendelegasian tugas.
c) Koordinasi.
d) Manajemen waktu.
c. Pelaksanaan
1) Definisi
Pelaksanaan merupakan suatu inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (lyer et.al, 1996).
2) Tujuan
Tujuan dari tindakan pelaksanaan adalah untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping sehingga diperlukan partisipasi dari pasien/klien.
3) Tahap-tahap tindakan perawatan
a) Persiapan, terdiri dari :
(1) Review antisipasi tindakan keperawatan, yaitu konsisten dengan rencana, prinsip ilmiah, sesuai kondisi klien, menciptakan lingkungan terapeutik dan aman, pendidikan kesehatan, sarana dan prasarana memadai.
(2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, yaitu dengan mengidentifikasi orang yang tepat melakukan tindakan.
(3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul, yaitu resiko komplikasi sehingga dilakukan pencegahan.
(4) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan, yaitu waktu, tenaga, alat.
(5) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan fisik dan psikologis.
(6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik, yaitu hak dan kewajiban klien; hak dan kewajiban perawat/dokter; kode etik keperawatan yaitu pertanggung jawaban moral perawat dalam mengambil keputusan berdasarkan client's welfare, persetujuan, penolakan, privacy dan perawat sebagai advocat terhadap klien; hukum keperawatan yaitu memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan standar keperawatan.
b) Intervensi
(1) Independen
Independen merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk/perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tipe tindakan independen, yaitu :
• Tindakan diagnostik: pengkajian dalam merumuskan diagnosa keperawatan.
• Tindakan terapeutik: mencegah, mengurangi, mengatasi masalah klien seperti mobilisasi.
• Tindakan edukatif: merubah perilaku melalui promosi kesehatan dan pendidikan kepada klien.
• Tindakan merujuk : kemampuan mengambil keputusan untuk melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain misal adanya TITIK rujuk ke ahli saraf.
(2) Dependen
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis misalnya perawatan colostomy, memberikan obat.
(3) Interdependen
Interdependen merupakan kegiatan yang memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
c) Dokumentasi
(1) Sources oriented record.
(2) Problem oriented record.
(3) Computer assisted record.
d) Evaluasi
(1) Definisi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi juga merupakan bagian integral dari setiap tahap proses keperawatan.
(2) Tujuan evaluasi
(a) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
(b) Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan).
(c) Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan).
(3) Proses evaluasi
(a) Mengukur pencapaian tujuan klien
• Kognitif (pengetahuan) : interview (recall knowledge, komprehensif, aplikasi fakta), tulisan.
• Afektif (status emosional) : observasi langsung, feedback dari rekan.
• Psikomotor : melihat kemampuan klien dalam melakukan sesuatu.
• Perubahan fungsi tubuh dan gejala.
(b) Penentuan keputusan pada tahap evaluasi
• Formatif : dilakukan secara langsung setelah tindakan dilakukan.
• Sumatif : setelah akhir tindakan keperawatan klien.
(c) Komponen evaluasi
• Menentukan kriteria standar dan pertanyaan evaluasi:
- Kriteria : outcomes/kriteria hasil
- Standar praktek
• Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru : perawat yang mengkaji dan merencanakan bertanggung jawab dalam evaluasi.
• Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar: kritikal thinking dalam menganalisa data.
• Merangkum dan membuat kesimpulan: menyimpulkan efektifitas semua tindakan yang telah dilaksanakan.

KONSEP LANSIA

pengertian lansia


Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial, dan seksual (Azizah, 2011). 

Aging process (proses menua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2011). 
Proses menua (aging process) biasanya akan ditandai dengan adanya perubahan fisik-biologis, mental ataupun psikososial. Perubahan fisik diantaranya adalah perubahan pada respirasi, pendengaran, penglihatan, dan perubahan pada kardiovaskuler akibatnya elastisitas dinding aorta menurun (Nugroho, 2008).

1. Definisi
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamia, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologi maupun psikologi. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, contohnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semangkin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak proposional. WHO dan Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dalam kematian.
Dalam Buku Ajar Geriatri, Prof.Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono (1994) mengatakan bahwa "menua" (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan memgalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.

2. Klasifikasi lansia
a. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut:
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas.
2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium.
3) Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) senium.
b. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut ini:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun.
3) Usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
c. Menurut pasal 1 Undang-Undang no. 4 tahun 1965:
Seseorang dikatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang lain? (Santoso, 2009).
Menurut Keliat dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan).
2) Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia diantaranya:
1) Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain.
2) Penyakit bersifat degeneratif, serta menimbulkan kecacatan.
3) Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan.
4) Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan.
5) Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6) Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik.
7) Hasil penelitian profil penyakit lansia di empat kota (Padang, Bandung, Denpasar, dan Makasar) adalah sebagai berikut (Santoso, 2009):
a. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun; penglihatan (76,24%); daya ingat (69,3%); seksual (58,04%); kelenturan (53,23% ); gigi dan mulut (51,12%)
b. Masalah kesehatan yang sering muncul: sakit tulang atau sendi (69,39%); sakit kepala (51,5%); daya ingat menurun (38,51%); selera makan menurun (30,08%); mual atau perut perih (26,66%); sulit tidur (24,88%); dan sesak napas (21,28%).
c. Penyakit kronis: reumatik (33,14%); hipertensi (20,66%); gastritis (11,34%); dan penyakit jantung (6,45%).

3. Teori-teori proses penuaan
Teori-teori yang mendukung terjadinya proses penuaan, antara lain: teori biologis, teori kejiwaan sosial, teori psikologis, teori kesalahan genetik, dan teori penuaan akibat metabolisme (Santoso, 2009).
a. Teori Biologis
Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedang teori ekstrinsik menjelaskan bahwa penuaan yang terjadi diakibatkan pengaruh lingkungan.
1) Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu dan akan menghitung mitosis. Jika jam ini berhenti, maka spesies akan meninggal dunia.
2) Teori Mutasi Somatik (Error Catastrophe Theory)
Penuaan disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalam jangka waktu yang lama melalui transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan berakibat pada metabolisme yang salah, sehingga mengurangi fungsional sel.
3) Teori Autoimun (Auto Immune Theory)
Menurut teori ini proses metabolisme tubuh suatu saat akan memproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap suatu zat, sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori Radikal Bebas
5) Menurut teori ini penuaan disebabkan adanya radikal bebas dalam tubuh.
6) Teori Pemakaian dan Rusak
7) Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).
8) Teori Virus
Perlahan-Lahan Menyerang Sistem Sistem Kekebalan Tubuh (Immunology Slow Virus Theory). Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat dari sistem imun yang kurang efektif seiring dengan bertambahnya usia.
9) Teori Stres
Menurut teori ini penuaan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan oleh tubuh.
10) Teori Rantai Silang
Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat adanya reaksi kimia sel-sel yang tua atau yang telah usang menghasilkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
11) Teori Program
Menurut teori ini penuaan terjadi karena kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah sel-sel tersebut mati.

b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Menurut Havigusrst dan Albrecht (1953) berpendapat bahwa sangat penting bagi lansia untuk tetap beraktifitas dan mencapai kepuasan.
2) Teori Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimiliki.
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
4) Teori Psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu teori yang ada. Teori tugas perkembangan yang diungkapkan oleh Hanghurst (1972) adalah bahwa setiap tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan persaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini bergantung pada maturasi fisik, penghargaan kultural, masyarakat, nilai aspirasi individu. Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pensiun dan penurunan pendapatan, respon penerimaan adanya kematian pasangan, serta mempertahankan kehidupan yang memuaskan.
5) Teori Kesalahan Genetik
Proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel genetik DNA di mana sel genetik memperbanyak diri sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang berakibat pula pada terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak menjadi tua.
6) Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya berkurang (self recognition), sehingga mengakibatkan kelainan pada sel karena dianggap sel asing yang membuat hancurnya kekebalan tubuh.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan dan penyakit yang sering terjadi pada lansia di antaranya hereditas, atau keturunan genetik, nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress (Santoso, 2009).

5. Perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (Santoso, 2009):
1. Perubahan kondisi fisik
Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacuan mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada saat melakukan aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing, berat badan menurun, gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan sulit menahan kencing.
2. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya lansia mengalami penurunann fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi lingkungan. Dari segi mental dan emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Hal ini bisa meyebabkan lansia mengalami depresi.
3. Perubahan psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkuatan.
4. Perubahan kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran, dan kemampuan verbal akan menetap bila tidak ada penyakit yang menyertai.
5. Perubahan spiritual
Menurut Maslow (1970), agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.

HIPERTENSI

Pengertian Hipertensi tanda dan gejala


Hipertensi adalah penyebab kematian karena stroke dan faktor yang memperberat infark miokard (serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan gangguan yang paling umum pada tekanan darah, hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten (Potter & Perry, 2006). 

Hipertensi adalah sebagai tekanan persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg, hipertensi merupakan penyakit yang kedua yang banyak diderita oleh usia lanjut setelah artritis (Smeltzer & Bare, 2002). 

Menurut Word Health Organization (WHO) batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90  mmHg. WHO menyatakan bahwa  penyakit yang pembunuh utama di kawasan negara berkembang sudah bergeser dari penyakit menular ke penyakit tidak menular.

Dari seluruh kematian didunia tahun 2000 (55.6994.000 kematian). Kecelakaan dan sisanya akibat penyakit menular serta penyakit lain. Salah satu peyakit tidak menular yang  prevalensinya cukup tinggi yaitu hipertensi. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Smeltzer & Bare, 2002).

Seiring bertambahnya usia, kepekaan terhadap hipertensi akan semakin meningkat seiring bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur diatas 60 tahun, 50-60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang lanjut usia atau lansia (Susilo & Wulandari, 2011).

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Terapi farmakologis jenis-jenis obat anti hipertensi untuk terapi farmakologis yang dianjurkan oleh JNC 7 adalah jenis dieretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant), Beta Blocker (BB), Calcium Channel Bloker atau Calcium antagonist (CCB), Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau ATi receptor antagonist/blocker (ARB). 

Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan merokok, menurunkan berat badan berlebih, menurunkan konsumsi alkohol berlebih, latihan fisik, menurunkan asupan garam, meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak (Potter & Perry, 2009). Terapi non farmakologis selalu menjadi hal yang penting dilakukan pada penderita hipertensi berusia lanjut. 

Langkah awal pengobatan hipertensi secara non farmakologi adalah dengan menjalani gaya hidup sehat, salah satunya dengan terapi komplementer yang menggunakan bahan- bahan alami yang ada disekitar kita, seperti relaksasi otot progresif, meditasi, aromaterapi, terapi herbal, terapi nutrisi. Teknik relaksasi memberikan individu mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri (Susilo & Wulandari, 2011).

1. Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer dan Bare, 2001 dalam Ahmad, 2009).
Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik = 160 mmHg dan tekanan darah diastolik = 95 mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg-160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg (Poerwati, 2008).
Sedangkan menurut lembaga-lembaga kesehatan nasional (The National Institutes of Health) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang sama atau di atas 140 dan tekanan diastolik yang sama atau di atas 90 (Diehl.2007).

2. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebab dikenal 2 jenis hipertensi, yaitu :
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’ dan merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah banyak penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vascular, sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi vascular perifer bertambah, atau keduanya. Beberapa faktor yang pernah dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi yaitu, genetik, lingkungan, jenis kelamin, dan natrium (gray.dkk, 2005).
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat dikelompokkan seperti, penyakit parengkim ginjal (3%) dimana setiap penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung  menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan  kerusakan ginjal. Penyakit renovaskular (1%) dimana terdiri atas penyakit yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum di bagi atas aterosklerosis dan fibrodisplasia. Endokrin (1%) jika terdapa hipokalemia bersama hipertensi, tingginya kadar aldosteron dan rennin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan-kelebihan (overload) natrium dan air (Gray.dkk, 2005).
c. kriteria hipertensi
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, tekanan darah umumnya diukur dengan manometer air raksa yang dinyatakan sebagai rasio sistolik dan diastolik, misalnya 120/70, yang berarti tekanan sistolik adalah 120 mmHg dan diastolik 70 mmHg (Soeharto, 2004). Dari berbagai kepustakaan disebutkan kriteria tekanan darah orang dewasa sebagai berikut.
Normal : apabila tekanan diastolik <85 dan sistolik <130
Hipertensi ringan : apabila diastolik 86-99 dan sistolik 131-159
Hipertensi sedang : apabila diastolik 100-109 dan sistolik 160-179
Hipertensi berat : apabila diastolik 110-119 dan sistolik 180-209
Hipertensi sangat berat : apabila diastolik >120 dan sistolik >210
(AHA, Family Guide to Stroke)

4. Etiologi
Sebagian besar kasus tekanan darah  tinggi tidak dapat disembuhkan. Keadaan tersebut berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur dengan faktor-faktor risiko seperti stress, kegemukan, terlalu banyak makan garam, kurang gerak badan dan penyumbatan pembuluh darah. Ini disebut hipertensi esensial. Kalau seseorang mempunyai sejarah hipertensi keluarga dan mengidap hipertensi ringan, dia dapat mengurangi kemungkinan hipertensi berkembang lebih hebat dengan memberi perhatian khusus terhadap faktor-faktor risiko tersebut.untuk kasus-kasus yang lebih berat, diperlukan pengobatan untuk mengontrol tekanan darah. Jenis lain dari hipertensi dikenal sebagai hipertensi sekunder, yaitu kenaikan tekanan darah yang kronis terjadi akibat penyakit lain, seperti kerusakan ginjal, tumor, saraf, renovaskuler dan lain-lain (soeharto,2004).

5. Tanda dan Gejala
Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi (Knight, 2006).
Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil(edema pada diskus optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2006).
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).

6. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
a. Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih banyak menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih besar tingkat morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik (Gray.dkk, 2005)
b. Usia
Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami hipertensi, bagi mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan penyakit kardiovaskular yang lain akan meningkat bila tidak ditangani secara benar (Soeharto, 2004).
c. Jenis kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon (Gray.dkk, 2005).
d. Geografi dan lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa Indian Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan usia disbanding masyarakat barat (Gray.dkk, 2005).
e. Pola hidup
Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap timbulnya hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30% , mengkonsumsi banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan mudah terkena hipertensi (Soeharto, 2004).
f. Garam dapur
Sodium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini mengatur keseimbangan air didalam system pembuluh darah. Sebagian sodium dalam diet datang dari makanan dalam bentuk garam dapur atau sodium chlorid (NaCl). Pemasukan sodium mempengaruhi tingkat hipertensi. Mengkonsumsi garam menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah didalam tubuh, yang berarti jantung harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini berakibat bagi ginjal yang harus menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Karena masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam system pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan darah tinggi (Soeharto, 2004).

g. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana darah karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 dalam wijaya, 2009 ).
7. Komplikasi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2005).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2002). 
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2005).
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir, 2002)
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron- neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2005).
8. Pengobatan Hipertensi
a. Umum
Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan dasar yaitu :
1) Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang telah diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi asupan garam serta rileks.
2) Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang telah terbukti kegunaannya dan keamanannya bagi penderita. Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi adalah :
a) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone
b) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol
c) ACE-inhibitor, contohnya  lisinopril, captopril, quinapril
d) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin
e) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine
f) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine
g) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.
h) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa, guanabens.
b. Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda- tanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana yang canggih.

9. Pencegahan
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap hipertensi. Pada umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi. Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup sehari-hari. Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat baik agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.
a. Pola makan
Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah. Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah. Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah yang tinggi, secara garis besar ada empat macam diet, yaitu :
1) Diet rendah garam
Ada tiga macam diet rendah garam (sodium) yaitu :
a) Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 gram sodium perhari, senilai dengan 3,75-7,5 gram garam dapur.
b) Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium perhari, seniali 1,25-3,75 gram garam dapur.
c) Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau kurang dari 1,25 gram garam dapur perhari.
Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi  (penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin yang seimbang. 
2) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet ini antara lain sebagai berikut :
a) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega terutama goreng-gorengan atau makanan yang digoreng dengan minyak.
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea food (udang, kepiting), minyak kelapa dan kelapa (santan).
c) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu.
d) Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.
e) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis, seperti sirup, dodol, kue, dan lain-lain.
f) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan nangka. Selain itu, juga harus memperhatikan gabungan makanan yang dikonsumsi karena perlu disesuaikan dengan kadar kolesterol darah.
3) Diet tinggi serat
Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan berserat tinggi. Beberapa contoh jenis bahan makanan yang mengandung serat tinggi yaitu :
a) Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing, papaya, mangga, apel, semangka dan pisang.
b) Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang, kacang panjang, daun singkong, tomat, wortel, touge.
c) Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, dan biji-bijian.
d) Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.
e) Diet rendah kalori bagi yang kegemukan
f) Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga orang yang berusia diatas usia 40 tahun.
Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan pembatasan asupan kalori, hal yang harus diperhatikan yaitu :
a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25%
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi
c) Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang

b. Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk menetralisir tekanan darah.
c. Pola aktivitas
Tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu : bejalan kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari yang lebih aktif baik fisik maupun mental memerlukan energi / kalori yang lebih banyak. Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.  
d. Pengobatan
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:
1) Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badannya sampai batas ideal.
2) Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam serta mengurangi alkohol.
3) olahraga
4) berhenti merokok (Malasari. 2008).

Monday, February 12, 2018

KEGAWATDARURATAN DALAM PSIKIATRIK

kegawatdaruratan dalam psikiatrik


Kegawatdaruratan Psikiatrik 

Pendahuluan
Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala atau kekacauan mental baik sifatnya kronisataupunakut.

Definisi
Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting.

Tempat Rujukan Pelayanan Kegawatdaruratan Psikiatrik
Tempat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya dikenal sebagai Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres, atau Comprehensive Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan terdiri dari berbagai disiplin, mencakup kedokteran, ilmu perawatan, psikologi, dan karya sosial di samping psikiater. Untuk fasilitas, kadang dirawat inap di rumah sakit jiwa, bangsal jiwa, atau unit gawat darurat, yang menyediakan perawatan segera bagi pasien selama 24 jam. Di dalam lingkungan yang terlindungi, pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik diberikan untuk memperoleh suatu kejelasan diagnostik, menemukan solusi alternatif yang sesuai untuk pasien, dan untuk memberikan penanganan pada pasien dalam jangka waktu tertentu. Bahkan diagnosis tepatnya merupakan suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan intervensi pada keadaan kritis.
Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai permasalahan pasien, memberikan perawatan jangka pendek, memberikan pengawasan selama 24 jam , mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada tempat kediaman pasien, menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk mencegah krisis lebih lanjut, memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, dan menyediakan pelayanan konseling lewat telepon.

Sejarah
Sejak tahun 1960s permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik telah mengalami suatu pertumbuhan cepat dalam kaitannya dengan peningkatan spesialis medis, dan banyaknya pilihan perawatan maya, seperti pengobatan psikiatriks. Sekarang keadaan kegawatdaruratan psikiatrik juga telah meningkat dengan mantap, terutama di daerah perkotaan. Kegawatdaruratan psikiatrik berhubungan dengan orang-orang yang yang menganggur dan tunawisma dalam kaitannya dengan kemampuan, kenyamanan, dan kehidupan yang tidak terjamin. Banyak dari pasien kegawatdaruratan psikiatrik terkait karakteristik demografis dan keadaan sosial. Penanganan individual dibutuhkan untuk pasien yang memanfaatkan pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik.

Jenis-Jenis Kegawatdaruratan Psikiatrik
1. Percobaan Bunuh Diri
Mulai tahun 2000, WHO memperkirakan satu juta orang di dunia bunuh diri setiap tahunnya. Tidak terhitung jumlahnya yang berusaha utnuk bunuh diri. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk menangani gangguan mental yang dihubungkan dengan suatu resiko bunuh diri. Para petugas kesehatan di sini diharapkan untuk meramalkan tindakan kekerasan pasien pada diri sendiri atau pada orang lain. Faktor yang mendorong ke arah suatu bunuh diri berasal dari sangat banyak sumber, termasuk psikososial, biologi, hubungan antar pribadi, religius dan antropologi. Para petugas kesehatan akan menggunakan semua sumber daya mereka yang tersedia untuk menentukan faktor resiko, membuat suatu penilaian, dan memutuskan perawatan mana yang diperlukan 

2. Perilaku Kekerasan
Agresi dapat merupakan hasil dari faktor internal dan eksternal yang menciptakan suatu pengaktifan pada sistem syaraf yang otonom. Pengaktifan ini dapat muncul menjadi gejala seperti meninju rahang, melompat, membanting pintu, menampar, atau menjadi mudah terkejut. Diperkirakan bahwa 17% pengobatan ke pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik berhubungan dengan pembunuhan dan 5% melibatkan bunuh diri dan pembunuhan. Kekerasan dihubungkan dengan banyak kondisi, seperti intoksikasi akut, penyakit kejiwaan akut, gangguan kepribadian psikosis paranoid, gangguan kepribadian anti sosial, gangguan kepribadian narsistik, dan gangguan kepribadian borderline. Faktor resiko lainnya yang dapat mendorong ke arah prilaku kekerasan telah diketahui. Faktor resiko ini misalnya, kehadiran halusinasi, delusi, kerusakan syaraf, putus sekolah, belum menikah, kemiskinan, atau laki-laki. Faktor resiko lain prilaku kekerasan termasuk IQ yang tinggi dan memiliki pengetahuan tentang gangguan mental. Para petugas kesehatan menilai dengan lengkap faktor resiko prilaku kekerasan yang ada untuk memberikan keamanan dan perawatan pada pasien. 

3.Psikosis
Pasien dengan gejala psikosis sering ditemukan di bagian kegawatdaruratan psikiatrik. Menentukan sumber psikosis dapat menjadi sulit. Kadang pasien masuk ke dalam status psikosis setelah sebelumnya putus dari perawatan yang direncanakan. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik tidak akan mampu menyediakan penanganan jangka panjang untuk pasien jenis ini, cukup dengan istirahat ringkas dan mengembalikan pasien kepada orang yang menangani kasus mereka dan/atau memberikan lagi pengobatan psikiatrik yang diperlukan. Suatu kunjungan pasien yang menderita suatu gangguan mental yang kronis dapat menandakan perubahan dalam lifestyle dari individu atau suatu pergeseran kondisi medis. Pertimbangan ini dapat berperan dalam perencanaan perawatan. 
Seseorang dapat juga sedang menderita psikosis akut. Kondisi seperti itu dapat disiapkan untuk diagnosis dengan memperoleh riwayat psikopatologi pasien, melakukan suatu pengujian status mental, pelaksanaan pengujian psikologis, perolehan neuroimages, dan memperoleh pengujian neurofisiologi lain. Berdasarkan ini, tenaga kesehatan dapat memperoleh suatu diagnosa diferensial dan menyiapkan pasien untuk perawatan. Seperti pertimbangan penanganan pasien lainnya, asal psikosis akut dapat sukar ditentukan karena keadaan mental dari pasien. Bagaimanapun, psikosis akut digolongkan sebagai keadaan yang memerlukan penanganan darurat yang segera dan penuh perhatian. Tidak adanya perawatan dan identifikasi dapat mengakibatkan bunuh diri, pembunuhan, atau kekerasan.

4.Ketergantungan dan Penyalahgunaan Obat
Penyebab umum lain pada penderita dengan gejala psikosis adalah intoksikasi obat. Gejala akut ini terjadi setelah masa pengamatan atau penanganan psikofarmakologis yang terbatas. Bagaimanapun isunya, seperti ketergantungan obat atau penyiksaan, sukar untuk ditangani di Unit Gawat Darurat. Intoksikasi alkohol akut seperti halnya bentuk lain penyalahgunaan obat memerlukan intervensi psikiatrik. Bertindak sebagai suatu penekan sistem syaraf pusat, efek awal alkohol pada umumnya diinginkan dan ditandai oleh banyak bicara, pusing, dan berkurangnya hambatan sosial. Di samping pertimbangan konsentrasi lemah, penampilan verbal dan motorik, pengertian yang mendalam, pertimbangan dan kehilangan memori jangka pendek yang bisa diakibatkan perubahan tingkah laku yang menyebabkan luka atau kematian, tingkat alkohol di bawah 60 miligram per deciliter darah pada umumnya tidak mematikan. Bagaimanapun, individu dengan 200 miligram per deciliter darah dipertimbangkan menderita intoksikasi dan level konsentrasi pada 400 miligram per deciliter darah bersifat mematikan, menyebabkan anesthesia yang lengkap dari sistem pernapasan. Di luar perubahan tingkah laku berbahaya yang terjadi setelah mengkonsumsi sejumlah alkohol tertentu, intoksikasi idionkrasi bisa terjadi pada beberapa individu setelah mengkonsumsi sedikit alkohol. Kelainan ini pada umumnya terdiri dari kebingungan, disorientasi, delusi dan halusinasi visual, agresi meningkat, amukan, hasutan, kekerasan. Pecandu minuman alkohol yang kronis dapat menderita halusinasi, dimana konsumsi yang diperpanjang dapat mencetuskan halusinasi auditorik. Peristiwa seperti ini dapat terjadi untuk beberapa jam atau seminggu penuh. Antipsikotik merupakan obat yang sering digunakan untuk menangani gejala ini. 
Klinikus harus menentukan penggunaan obat, dosis, dan waktu penggunaan untuk menentukan perawatan jangka pendek dan panjang yang diperlukan. Perawatan yang sesuai harus pula ditentukan. Hal ini meliputi fasilitas pasien rawat jalan, kediaman pusat perawatan, atau rumah sakit. Perawatan segera dan jangka panjang ditentukan oleh keseriusan dan ketergantungan fisiologis yang ditimbulkan dari penyalahgunaan obat. 

5. Reaksi dan Interaksi Obat 
Overdosis, interaksi obat, dan reaksi berbahaya dari pengobatan psikiatris, terutama antipsikotik, dimasukkan ke dalam kegawatdaruratan psikiatri. Neuroleptic malignant syndrome adalah komplikasi mematikan dari generasi pertama atau kedua obat antipsikotik. Jika tidak ditangani, neuroleptic malignant syndrome dapat mengakibatkan demam, kekakuan otot, kebingungan, tanda vital tidak stabil, atau bahkan kematian. Sindrom serotonin dapat terjadi ketika monoamine oxidase inhibitor bercampur dengan buspirone. Gejala sindrom serotonin yang parah meliputi hyperthermia, mata gelap, dan tachycardia yang boleh mendorong kearah shock. Sering pasien dengan gejala medis umum yang parah, seperti tanda vital yang tidak stabil, akan ditransfer ke unit gawat darurat umum atau pelayanan medis untuk meningkatkan monitoring.

6. Gangguan kepribadian
Gangguan yang termanifestasi pada kelainan fungsi pada area kognisi, afek, fungsi interpersonal dan impuls kontrol dapat digolongkan sebagai gangguan kepribadian. Pasien yang menderita gangguan kepribadian pada umumnya tidak akan mengeluh tentang gejala gangguan mereka. Pasien yang menderita kegawatdaruratan dari gangguan kepribadian dapat menunjukkan perilaku curiga, psikosis, atau delusi. Pasien rawat jalan yang dibandingkan dengan populasi yang umum, prevalensi dari individu yang menderita gangguan kepribadian yang dirawat di rumah sakit pada umumnya 7-25% lebih tinggi. Klinikus bekerjasama dengan pasien untuk menstabilkan individu terkait kebutuhan dasar mereka.

7.Kecemasan
Pasien yang menderita kasus kecemasan yang ekstrim boleh mencari perawatan ketika semua sistem pendukung telah dikerahkan dan mereka tidak mampu untuk menghilangkan kecemasan itu. Rasa cemas bisa hadir lewat jalan yang berbeda dari suatu dasar penyakit medis atau gangguan psikiatrik, suatu gangguan fungsional sekunder dari gangguan psikiatrik yang lain, dari suatu gangguan psikiatrik utama seperti gangguan panik atau gangguan cemas umum, atau sebagai hasil stress dari kondisi seperti gangguan penyesuaian atau gangguan stress pasca trauma. Pada umumnya langkah awal yang dilakukan klinikus adalah menyediakan sebuah " pelabuhan aman" untuk pasien sehingga proses penilaian dan perawatan dapat cukup terfasilitasi. Inisiasi perawatan untuk suasana hati dan gangguan cemas sangat penting karena pasien yang menderita gangguan kecemasan mempunyai resiko tinggi kematian prematur.

8.Bencana
Bencana alami dan hasil perbuatan manusia dapat menyebabkan stress psikologis yang parah pada korban peristiwa tersebut. Manajemen kegawatdaruratan sering meliputi layanan kegawatdaruratan psikiatrik yang dirancang untuk membantu korban mengatasi situasi tersebut. Dampak bencana dapat menyebabkan orang untuk merasa shock, merasa panik, atau kebingungan. Jam, hari, bulan dan bahkan tahun setelah suatu bencana, individu dapat mengalami mimpi buruk, kelesuan, penarikan diri, memori memburuk, kelelahan, hilangnya selera, kesulitan untuk tidur, depresi, lekas marah, atau serangan panik. Dalam kaitan dengan lingkungan yang penuh resiko dan kekacauan suatu bencana, para tenaga kesehatan menilai dan memperlakukan pasien secepat mungkin. Kecuali jika suatu kondisi sedang mengancam hidup pasien atau orang lain di sekitar pasien, pertimbangan dasar penyelamatan diri dan medis lainnya diatur dulu. Segera setelah itu klinikus boleh mengijinkan individu untuk menukar udara agar melegakan perasaan pengasingan, sifat mudah kena luka dan ketakberdayaan. Bergantung atas skala dari bencana, banyak korban menderita penyakit gangguan stress pasca trauma baik yang akut ataupun kronis. Pasien yang menderita gangguan ini sering datang ke rumah sakit jiwa untuk menstabilkan diri.

9. Pelecehan 
Peristiwa fisik, perkosaan atau pelecehan seksual dapat mengakibatkan hasil yang berbahaya kepada korban dari tindakan kriminal. Korban dapat menderita kecemasan yang ekstrim, ketakutan, ketidakberdayaan, kebingungan, gangguan makan atau tidur, permusuhan, rasa bersalah dan malu. Penanganan pada umumnya meliputi pertimbangan psikologis, medis, dan undang-undang yang sah. Bergantung pada ketentuan hukum di daerah, para tenaga kesehatan diperlukan untuk melaporkan aktivitas kriminal kepada suatu kepolisian. Tenaga kesehatan pada umumnya mengumpulkan dan mengidentifikasi data sepanjang penilaian awal dan menunjuk pasien yang jika perlu akan menerima perawatan medis.

Penatalaksanaan
Penanganan di pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik berprinsip untuk menstabilkan kondisi kehidupan. Ketika distabilkan, pasien yang menderita kondisi kronis dapat dipindahkan ke tempat yang menyediakan rehabilisasi psikiatrik jangka panjang. Bentuk yang berbeda dari pengobatan psikiatrik, psikoterapi, atau terapi ECT dapat digunakan dalam penanganan kegawatdaruratan.
Pengenalan dan keefektifan dari pengobatan psikiatrik sebagai pilihan pengobatan di psikiatrik telah mengurangi pemanfaatan pengekangan fisik pada kasus kegawatdaruratan psikiatrik, dengan mengurangi gejala berbahaya sakit jiwa atau intoksikasi obat

MENGENAL ISTILAH MENOPAUSE

mengenal istilah menopause


Mengenal istilah Menopause
  
Kata menopause berasal dari dua kata Yunani yang berarti "bulan” dan “penghentian sementara” yang lebih tepat disebut “menocease”.  Secara medis istilah menopause mengandung arti berhentinya masa menstruasi, bukan istirahat. 
  
Meski menopause mengandung arti akhir masa menstruasi, walaupun demikian dalam penggunaan secara umum menopause mempunyai makna masa transisi atau masa peralihan, dari beberapa tahun sebelum menstruasi terakhir sampai setahun sesudahnya. Hal itu disebabkan karena keluaran hormon dari ovarium (indung telur) berkurang, masa haid menjadi tidak teratur dan kemudian lenyap sama sekali. Dengan lenyapnya haid ini maka wanita sudah memasuki suatu masa peralihan yaitu masa Menopause.

Menopause adalah suatu tahapan dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi. Secara normal wanita akan mengalami menopause antara usia 40 tahun sampai 50 tahun. Pada saat menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan di dalam organ tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia. Usia dari hari ke hari akan terus berjalan dan setiap orang seiring dengan bertambahnya usia tidak akan lepas dari predikat tua. Dengan bertambahnya usia maka gerak-gerik, tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk tubuh mengalami suatu perubahan.  

Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa non produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesteron seiring dengan bertambahnya usia. Sehubungan dengan terjadinya menopause pada lansia maka biasanya hal itu diikuti dengan berbagai gejolak atau perubahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan si lansia tersebut.  

Perubahan apa saja yang terjadi pada wanita yang memasuki masa menopause.?

1. Perubhan Fisik 
Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar (Hurlock, 1992). Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu: 

a. Tidak Teraturnya Siklus Haid  
Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. Keadaan ini sering mengesalkan wanita karena ia harus beberapa kali mengganti pembalut yang dipakainya. Normalnya haid akan berakhir setelah tiga sampai empat hari, namun pada keadaan ini haid baru dapat berakhir setelah satu minggu atau lebih. 

b. Rasa Panas 
Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti. Sheldon H.C (dalam Rosetta Reitz, 1979) mengatakan “ kira-kira 60% wanita mengalami arus panas”. Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik disekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot flashes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit yang disertai pula oleh keringat yang banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi. 

c. Kekeringan Vagina 
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat kencing. Keadaan ini membuat hubungan seksual akan terasa sakit. Keadaan ini sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme. 

d. Perubahan Kulit 
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas (Hurlock, 1992) 

e. Keringat di Malam Hari 
Berkeringat malam hari,  bangun bersimbah peluh. Sehingga perlu mengganti pakaian dimalam hari. Berkeringat malam hari tidak saja menggangu tidur melainkan juga teman atau pasangan tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak. 

f. Insomnia/Sulit Tidur 
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari, wajah memerah dan perubahan yang lain. 

g. Perubahan Pada Mulut 
Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal. 

h. Osteoporosis/Kerapuhan Tulang 
Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Biasanya kita kehilangan 1% tulang dalam setahun akibat proses penuaan (mungkin ini yang menyebabkan nyeri persendian), tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya. John Hutton (1984:35) memperkirakan sekitar 25% wanita kehilangan tulang lebih cepat daripada proses menua. Menurunnya kadar estrogen akan diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang terdapat dalam makanan. Kekurangan kalsium ini oleh tubuh diatasi dengan menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam tulang, dan akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh. 

i. Badan Menjadi Gemuk 
Banyak wanita yang menjadi gemuk selama menopause. Rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan ditambah lagi karena kurang berolahraga.   

j. Rentan Terhadap Penyakit 
Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause. Dari sudut pandang medik ada 2 (dua) perubahan paling penting  yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). Penyakit jantung dan pembuluh darah dapat menimbulkan gangguan seperti stroke atau serangan jantung. Selain itu penyakit kanker juga lebih sering terjadi pada orang yang berusia lanjut.  Semakin lama kehidupan maka semakin besar kemungkinan penyakit itu menyerang. Misalnya kanker payudara, kanker rahim dan kanker ovarium. Kanker payudara lebih umum terjadi pada wanita yang telah melampaui masa menopause.

Kanker rahim adalah istilah luas untuk kanker yang terjadi di rahim, ada dua bagian rahim yang dapat menjadi tempat bermulanya kanker. Yang pertama adalah serviks, kanker ini terutama berjangkit pada wanita berusia diatas 30 tahun. Gejala yang harus diperhatikan adalah pendarahan vagina setelah persetubuhan, pergetahan vagina yang tidak biasa dan noda diantara haid. Sementara kanker indometrium (kanker tubuh rahim) terutama menjangkiti wanita diatas usia 45 tahun, yang paling menanggung resiko adalah yang pernah mendapat haid agak lambat, dan yang mempunyai kombinasi antara tekanan darah tinggi, diabetes, dan berat tubuh berlebih. Gejalanya adalah pendarahan tak normal, pendarahan antara haid, keluaran darah yang lebih lama atau lebih kental dibandingkan biasanya, dan pendarahan haid terakhir dalam menopause. 

2. Perubahan Psikologis 
Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun; hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang lansia tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ-biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan lansia.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang.  Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu: 

a. Ingatan Menurun/Pikun 
Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat. 

b. Cemas
Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi mudah cemas. Kecemasan yang timbul  sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa pergi sendirian ke luar kota sendiri, namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh larangan dari ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas  dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dari ornag di sekitarnya; namun ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah memberi dukungan. Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya mirip atau sama juga dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada yang khawatir namun ada juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak.

Adapun ciri-ciri psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn and Davidson (1990 :9) adalah sebagai berikut : 
• Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah, perasaan sangat tegang. 
• Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya. 
• Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan. 
• Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi. 
• Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering. 
    
Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau mengurangi bahaya atau ancaman.
Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.  

c. Mudah Tersinggug 
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya. 

d. Cendrung Mudah Stress 
Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh secara diam-diam. 

Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga memberikan dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung pada bagaimana individu memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat individual sifatnya. 

Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik keluarga. Reaksi kita terhadap pencetus stress dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis. 

Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stress tersebut.  

e. Depresi 
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9% s/d 26% wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di dalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3% s/d 3,2% pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada pria. 

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya. 
Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit dihindarkan. 

Simton-simton psikologis adanya depresi bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Marie Blakburn dan Kate Davidson (1990:5) adalah sebagai berikut : 
• Suasana hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah marah. 
• Berpikir, ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat dan kacau dalam berpikir, menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah. 
• Motivasi, ditandai dengan kurang minat bekerja dan menekuni hobi, menghindari kegiatan kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi pada orang lain. 
• Perilaku gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir, menangis, mengeluh. 
• Sintom biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau nafsu makan bertambah, hilang hasrat sesksual, tidur terganggu,  gelisah. 

Mungkin masih banyak lagi gejala-gejala fisik maupun psikologis lain yang menyertai menopause. Gejala-gejala tersebut diatas sangat perlu dipahami supaya tidak terjadi kesalah pahaman dalam memperlakukan para lansia. Dengan memahami gejala tersebut diharapkan lansia dapat mengerti apa yang sedang terjadi dalam diri mereka. Selain itu pihak keluarga pun diharapkan dapat merespon secara tepat sehingga tidak membuat lansia merasa dikucilkan atau disia-siakan. Mari kita bantu para lansia kita dengan memahami berbagai gejala fisik maupun psikologis sehingga tahu bagaimana cara terbaik untuk membantu mereka.

Semoga Bermanfaat ...