Friday, October 20, 2017

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

Tags

menjelaskan tentang pengertian, tujuan, peran serta fungsi perawat gerontik

A. Pengertian Keperawatan Gerontik
Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk pertama kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun, pada tahun 1976, nama tersebut diganti dengan gerontological. Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu. 

Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis, psikologis, dan ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009). 

Menurut Miller (2004), gerontologi merupakan cabang ilmu yg mempelajari proses manuan dan masalah yg mungkin terjadi pada lansia. Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan, jiwa, dan sosial, serta penyakit cacat (Tamher&Noorkasiani, 2009). 

Sedangkan keperawatan gerontik adalah istilah yang diciptakan oleh Laurie Gunter dan Carmen Estes pada tahun 1979 untuk menggambarkan bidang ini. Namun istilah keperawatan gerontik sudah jarang ditemukan di literature (Ebersole et al, 2005). Gerontic nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat, dan menghibur.Istilah ini belum diterima secara luas, tetapi beberapa orang memandang hal ini lebih spesifik. 

Menurut Nugroho (2006). Gerontik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lanjut usia dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Menurut para ahli, istilah yang paling menggambarkan keperawatan pada lansai adalah gerontological nursing  karena lebih menekankan kepeada kesehatan ketimbang penyakit. Menurut Kozier (1987), keperawatan gerontik adalah praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua. Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

B. Tujuan Keperawatan Gerontik
Adapun tujuan dari gerontologi adalah (Maryam, 2008):
1. Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya berkaitan dengan proses penuaan
2. Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia baik jasmani, rohani, maupun social secara optimal
3. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lanjut usia
4. Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari
5. Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
6. Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit
7. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat

Tujuan dari geriatrik menurut Maryam (2008) adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan akticitas fisik dan mental
3. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu
4. Mengupayakan semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)
5. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberi bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian (dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral dan perhatian yang maksimal sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang).

C. Fungsi Perawat Gerontik
Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontologi adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan  hal yang sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan selanjutnya)
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan restorative dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

D. Peran Perawat Gerontik
Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005).
Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner(GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independent practice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis klinis. Perawat gerontik spesialis klinis memiliki peran, diantaranya :
1. Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah sakit dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang. Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan perawatannya. Maka perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala, terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.
2. Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien dengan metode evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan penelitian yang dapat dipercaya dan valid.Sedangkan perawat yang berada pada level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti membantu melakukan pengumpulan data.
3. Manajer Perawat   
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan.Sebagai konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua di rumah sakit.Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas hidup yang mendorong perawat menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti jompo dan setting perawatan jangka panjang lainnya.
4. Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi di masyarakat.Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan umur seseorang.Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai layanan masyarakat termasuk pada layanan kesehatan.Namun, perawat gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi yang sulit.
5. Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer, dementia, bahkan kanker.
6. Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai inovator  yakni dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik.
7. Manajemen kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya, manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda.

E. Mitos Pada Lansia
1. Mitos kedamaian dan ketenangan, Kenyataan :
• Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit
• Depresi
• Paranoid
• Masalah psikotik
2. Mitos konservatisme dan kemunduran
• Konservatif
• Tidak kreatif
• Menolak inovasi
• Berorientasi ke masa silam
• Merindukan masa lalu
• Kembali ke masa kanak-kanak
• Susah berubah
• Keras kepala
• Cerewet
3. Mitos berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua.
4. Mitos semilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau sudah berkurang
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang
7. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif

F. Model Keperawatan Gerontik Menurut Para ahli
1. Model Konseptual Adaptasi Callista Roy
Model adaptasi Roy merupakan salah satu teori keperawatan yang berfokus pada kemampuan adaptasi klien terhadap stressor yang dihadapinya. Dalam penerapannya Roy menegaskan bahwa individu  adalah makhluk  biopsikososial sebagai satu kesatuan  utuh yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua yang ada di sekeliling kita dan berpengaruh pada perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga integritas diri, respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan adanya suatu kebutuhan dan menyebabkan individu berespon terhadap kebutuhan tersebut melalui upaya atau prilaku tertentu. Menurutnya peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi terhadap perubahan yang ada.

2. Model Konseptual Human Being Rogers
Marta Rogers (1992) mengungkapkan metaparadigma lansia. Dia menyajikan lima asumsi tentang manusia. Setiap manusia diasumsikan sebagai kesatuan yang dengan individualitas.Manusia secara kontinyu mengalami pertukaran energi dengan lingkungan.Manusia mampu abstraksi, citra, bahasa, pikiran, sensasi, dan emosi.Manusia diidentifikasi dengan pola dan mewujudkan karakteristik dan perilaku yang berbeda dari bagian dan yang tidak dapat diprediksi dengan pengetahuan tentang bagian - bagiannya.
• Lingkungan terdiri dari semua pola yang ada di luar individu. Keduanya, individu dan lingkungan dianggap sistem terbuka. Lingkungan merupakan, tereduksi terpisahkan, energi lapangan pandimensional diidentifikasi dengan pola dan integral dengan bidang manusia (Rogers, 1992).
• Perawatan utamanya adalah seni dan ilmu dan humanistik kemanusiaan. Ditujukan terhadap semua manusia dan berkaitan dengan sifat dan arah pembangunan manusia. Tujuannya untuk berpartisipasi dalam proses perubahan sehingga orang dapat mengambil manfaat (Rogers, 1992).
• Kesehatan tidak secara khusus diatur, Malinski (1986) dikutip dari komunikasi pribadi dengan Rogers di mana di negara bagian Rogers bahwa ia memandang kesehatan sebagai sebuah nilai. Komunikasi ini menegaskan kesimpulan sebelumnya bahwa penyakit, patologi dan kesehatan adalah sebuah nilai.

3. Model Konseptual Keperawatan Neuman
Neuman menyatakan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh dan keperawatan adalah sebuah profesi yang unik yang mempertahankan semua variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stressor. Melalui penggunaan model keperawatan dapat membantu individu, keluarga dan kelompok untuk mencapai dan mempertahankan level maksimum dari total wellness. Keunikan keperawatan adalah berhubungan dengan integrasi dari semua variabel yang mana mendapat perhatian dari keperawatan . Neuman (1981) menyatakan bahwa dia memandang model sebagai sesuatu yang berguna untuk semua profesi kesehatan dimana mereka dan keperawatan mungkin berbagi bahasa umum dari suatu pengertian. Neuman juga percaya bahwa keperawatan dengan perspektif yang luas dapat dan seharusnya mengkoordinasi pelayanan kesehatan untuk pasien supaya fragmentasi pelayanan dapat dicegah.

4. Model Konseptual Keperawatan Henderson
Fokus keperawatan pada teori Henderson adalah klien yang memiliki keterikatan hidup secar individual selama daur kehidupan, dari fase ketergantungan hingga kemandirian sesuai dengan usia, keadaan, dan lingkungan. Perawat merupakan penolong utama klien dalam melaksanakan aktivitas penting guna memelihara dan memulihkan kesehatan klien atau mencapai kematian yang damai. Bantuan ini diberikan oleh perawat karena kurangnya pengetahuan kekeuatan, atau kemauan klien dalam melaksanakan 14 komponen kebutuhan dasar.

5. Model Konseptual Budaya Leininger
Model konseptual Leininger sering disebut sebagai  Trancultural Nursing Theory atau teori perawatan transkultural. Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock atau culture imposition. Culture shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien). Klien akan merasakan perasaan tidak nyaman, gelisah dan disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan. Sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam maupun terang-terangan, memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya kepada individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi daripada budaya kelompok lain.

6. Model Konseptual Perilaku Johnson
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada bagaimana klien beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan bagaimana stress actual atau potensial dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuan dari keperawatan adalah menurunkan stress sehingga klien dapat bergerak lebih mudah melewati masa penyembuhannya (Johnson, 1968). Teori Johnson berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu pada pengelompokkan perilaku berikut:
• Perilaku mencari keamanan
• Perilaku mencari perawatan
• Menguasai diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar internalisasi prestasi
• Mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secar sosial dan cultural
• Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara yang diterima secara sosial dan cultural
• Perilaku seksual dan identitas peran
• Perilaku melindungi diri sendiri
Menurut Johnson, perawat mengkaji kebutuhan klien berdasarkan kategori perilaku diatas, yang disebut subsistem perilaku. Dalam kondisi normal klien berfungsi secara efektif didalam lingkungannya.Akan tetapi ketika stres mengganggu adaptasi normal, perilaku klien menjadi tidak dapat diduga dan tidak jelas.Perawat mengidentikasi ketidakmampuan beradaptasi seperti ini dan memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

7. Model Konseptual Self Care Orem
Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi kebutuhan klien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang optimal.
a. Teori Self care deficit
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai keterbatasan-keterbatasan dalam mencapai taraf kesehatannya.
b. Teori Self care
Ketika klien tidak mampu melakukan perawatan dirinya sendiri maka deficit perawatan diri terjadi dan perawat akan membantu klien untuk melakukan tugas perawatan dirinya
c. Teori nursing system
Perawat menentukan, mendesain, dan menyediakan perawatan yang mengatur kemampuan individu dan memberikannya secara terapeutik sesuai dengan tiga tingkatan.


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon