A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Malformasi anorectal (MAR) adalah bentuk imperforate anus yang berat. Biasanya dihubungkan dengan anomaly genitourinaria dan pelvis. Malformasi ini merupakan bentuk yang bisanya ditemukan pada kelainan congenital. Kelainan ini terjadi karena perkembangan janin yang abnormal. Insiden 1:4000-5000 kelahiran hidup. Kasus MAR lebih banyak dijumpai pada wanita. Pada MAR tidak terdapat lubang anus dan pada beberapa kasus ditemukan fistula dari bagian distal rectum sampai ke perineum atau system genitourinaria.
2. Patofisiologi
Selama perkembangan embrionik, kloaka biasanya menjadi saluran untuk perkembangan urinari, genital dan sistem rectal. Pada usia 6 minggu kehamilan, kloaka bercabang dua, yaitu ke dalam sinus urogenital anterior dan saluran intestinal posterior oleh septum urorectal. Selanjutnya, bagian sisi melipat menghubungkan septum urorectal, memisahkan segmen urinari dan rectal. Selanjutnya perbedaan tersebut menghasilkan sistem genitourinari dan saluran posterior anorektal. Gangguan pada perkembangan ini akan menyebabkan migrasi dari rectum tidak sempurna untuk menuju pada posisi perianal yang normal.
3. Klasifikasi
a. Imperforata anus tingkat tinggi (supra levator)? agenesis anorektal.
b. Imperferota anus tingkat menengah agenesis anal dan stenosis anorektal
c. Imperforata tingkat rendah, biasanya disertai dengan adanya fistula di urethra atau genitalia.
4. Gambaran klinis
a. Tidak adanya apertura anal/ lubang anus tidak ada.
b. Meconium tidak keluar 24 - 48 jam I (bila tidak ada fistula).
c. Bila ada fistula: urine berwarna kehijauan, keluar meconium melalui vagina.
d. Distensi abdomen
e. Muntah
f. Anak gelisah malas menyusui
5. Diagnostik evaluasi
Diagnosis MAR berdasarkan pemeriksaan fisik: lubang anus tidak terbuka dan pengeluaran mekonium. Disamping itu dilakukan pemeriksaan radiografik untuk melihat ketinggian defect. Pada bayi baru lahir, kegagalan dalam pengeluaran mekonium tidak selalu indikasi terhadap kepatenan anus, khususnya bagi bayi perempuan;kemungkinan meconium keluar melalui fistula. Stenosis anal mungkin belum terlihat hingga anak berusia 1 tahun atau pada usia yang lebih lanjut ketika anak mempunyai riwayat kesulitan defikasi, distensi abdomen, dan faeces berbentuk seperti pita. Fistula rectourinari perlu dicurigai bila pada urine terdapat mekonium. Pada anak laki-laki yang menderita MAR, mekonium keluar melalui fistula pada garis tengah dari orifisium. Pemeriksaan lain yang dapat digunakan : ultrasound abdomen (USG).
6. Managemen therapy
Pada kasus stenosis anal dilakukan dilatasi manual. Prosedur ini pertama kali dilakukan oleh dokter, diulangi secara teratur oleh perawat di RS dan dilanjutkan dengan perawatan di rumah oleh orang tua setelah mendapatkan penkes tentang teknik perawatan. Pada kasus imperforate anal membran dilakukan insisi & diikuti dilatasi perinal tiap hari
7. Tahapan operasi
a. Letak tinggi:
• Colostomi
• Posterior sagital anoplasty (PSA) setelah 6 bulan
• Reanastomose? 1 bulan setelah PSA
• Pemasangan busi? setelah 2 minggu PSA? busi no. 4-12 sampai lubang anus dilewati faeces
• Colostomy tutup.
b. Letak sedang:
• PSA
• Pemasangan Busi
c. Letak rendah: anaplasty
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data Subjektif : Ibu mengeluh anaknya tidak b.a.b. sudah 2 hari, Gelisah / rewel
Data objektif: sesuai dengan gambaran klinis
Kemungkinan diagnosa keperawatan
Pre Operasi
• Gangguan rasa nyaman s.d. distensi abdomen
• Potensial gangguan pemenuhan nutrisi s.d. distensi muntah
• Gangguan rasa aman: cemas pada keluarga s.d. kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur operasi
Post operasi
• Potensial infeksi s.d. luka colostomy
• Gangguan rasa nyaman: nyeri s.d. post op colostomy
• Kurang pengetahuan dan keterampilan ibu merawat anak s.d. pemasangan colostomy
2. Intervensi
Pre operasi
Dx1
Tujuan: distensi abdomen berkurang
Kriteria:
• Perut teraba tidak tegang
• Anak tenang/tidur
Rencana tindakan:
• Ukur lingkar perut
• Pasang NGT
• Setiap habis menetek disendawakan
• Palpasi daerah perut
Dx 2
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria:
• BB meningkat sesuai umur
• Intake nutrisi adekuat
Rencana Tindakan:
• Pertahankan pemberian nutrisi (oral feeding sesuai kebutuhan)
• Hidrasi IV
• Timbang BB
Dx 3
Tujuan: keluarga tidak cemas
Kriteria :
• Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur operasi meningkat
• Keluarga tenang, tidak banyak bertanya
• Keluarga memahami penjelasan
Rencana Tindakan:
• Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang penyakit dan prosedur operasi
• Beri penjelasan tentang kelainan yang diderita klien, penatalaksanaan (persiapan pre operasi, prosedur operasi dan perawatan post operasi.
Post Op
Dx1
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria:
• Tidak ada tanda-tanda infeksi
• Leukosit normal
• Tanda-tanda vital normal
Intervensi:
• Perawatan colostomy
• Observasi tanda-tanda vital
• Observasi tanda-tanda infeksi
• Perawatan kulit sekitar stoma
• Perawatan area operasi (rectal area), cegah urin kontak dengan area tersebut saat klien posisi prone
• Pemberian antibiotik
Dx2
Tujuan: Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria:
• Tanda-tanda vital normal
• Ekspresi klien tenang (tidak rewel,gelisah,menangis terus)
Intervensi:
• Berikan posisi yang nyaman:side lying/prone
• Pengukuran suhu per axilla (hindari per-rectal)
• Analgetik
Dx3
Tujuan: Pengetahuan keluarga ttg perawatan colostomy meningkat
Kriteria:
• Keluarga mengetahui tujuan colostomy
• Keluarga memahami penjelasan tentang perawatan colostomy
• Keluarga mampu mendemonstrasikan cara perawatan colostomy
Intervensi:
• Jelaskan tujuan colostomy
• Jelaskan cara perawatan colostomy dan ajarkan keluarga: persiapan alat/klien, teknik / prosedur tindakan, evaluasi
1. Pengertian
Malformasi anorectal (MAR) adalah bentuk imperforate anus yang berat. Biasanya dihubungkan dengan anomaly genitourinaria dan pelvis. Malformasi ini merupakan bentuk yang bisanya ditemukan pada kelainan congenital. Kelainan ini terjadi karena perkembangan janin yang abnormal. Insiden 1:4000-5000 kelahiran hidup. Kasus MAR lebih banyak dijumpai pada wanita. Pada MAR tidak terdapat lubang anus dan pada beberapa kasus ditemukan fistula dari bagian distal rectum sampai ke perineum atau system genitourinaria.
2. Patofisiologi
Selama perkembangan embrionik, kloaka biasanya menjadi saluran untuk perkembangan urinari, genital dan sistem rectal. Pada usia 6 minggu kehamilan, kloaka bercabang dua, yaitu ke dalam sinus urogenital anterior dan saluran intestinal posterior oleh septum urorectal. Selanjutnya, bagian sisi melipat menghubungkan septum urorectal, memisahkan segmen urinari dan rectal. Selanjutnya perbedaan tersebut menghasilkan sistem genitourinari dan saluran posterior anorektal. Gangguan pada perkembangan ini akan menyebabkan migrasi dari rectum tidak sempurna untuk menuju pada posisi perianal yang normal.
3. Klasifikasi
a. Imperforata anus tingkat tinggi (supra levator)? agenesis anorektal.
b. Imperferota anus tingkat menengah agenesis anal dan stenosis anorektal
c. Imperforata tingkat rendah, biasanya disertai dengan adanya fistula di urethra atau genitalia.
4. Gambaran klinis
a. Tidak adanya apertura anal/ lubang anus tidak ada.
b. Meconium tidak keluar 24 - 48 jam I (bila tidak ada fistula).
c. Bila ada fistula: urine berwarna kehijauan, keluar meconium melalui vagina.
d. Distensi abdomen
e. Muntah
f. Anak gelisah malas menyusui
5. Diagnostik evaluasi
Diagnosis MAR berdasarkan pemeriksaan fisik: lubang anus tidak terbuka dan pengeluaran mekonium. Disamping itu dilakukan pemeriksaan radiografik untuk melihat ketinggian defect. Pada bayi baru lahir, kegagalan dalam pengeluaran mekonium tidak selalu indikasi terhadap kepatenan anus, khususnya bagi bayi perempuan;kemungkinan meconium keluar melalui fistula. Stenosis anal mungkin belum terlihat hingga anak berusia 1 tahun atau pada usia yang lebih lanjut ketika anak mempunyai riwayat kesulitan defikasi, distensi abdomen, dan faeces berbentuk seperti pita. Fistula rectourinari perlu dicurigai bila pada urine terdapat mekonium. Pada anak laki-laki yang menderita MAR, mekonium keluar melalui fistula pada garis tengah dari orifisium. Pemeriksaan lain yang dapat digunakan : ultrasound abdomen (USG).
6. Managemen therapy
Pada kasus stenosis anal dilakukan dilatasi manual. Prosedur ini pertama kali dilakukan oleh dokter, diulangi secara teratur oleh perawat di RS dan dilanjutkan dengan perawatan di rumah oleh orang tua setelah mendapatkan penkes tentang teknik perawatan. Pada kasus imperforate anal membran dilakukan insisi & diikuti dilatasi perinal tiap hari
7. Tahapan operasi
a. Letak tinggi:
• Colostomi
• Posterior sagital anoplasty (PSA) setelah 6 bulan
• Reanastomose? 1 bulan setelah PSA
• Pemasangan busi? setelah 2 minggu PSA? busi no. 4-12 sampai lubang anus dilewati faeces
• Colostomy tutup.
b. Letak sedang:
• PSA
• Pemasangan Busi
c. Letak rendah: anaplasty
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data Subjektif : Ibu mengeluh anaknya tidak b.a.b. sudah 2 hari, Gelisah / rewel
Data objektif: sesuai dengan gambaran klinis
Kemungkinan diagnosa keperawatan
Pre Operasi
• Gangguan rasa nyaman s.d. distensi abdomen
• Potensial gangguan pemenuhan nutrisi s.d. distensi muntah
• Gangguan rasa aman: cemas pada keluarga s.d. kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur operasi
Post operasi
• Potensial infeksi s.d. luka colostomy
• Gangguan rasa nyaman: nyeri s.d. post op colostomy
• Kurang pengetahuan dan keterampilan ibu merawat anak s.d. pemasangan colostomy
2. Intervensi
Pre operasi
Dx1
Tujuan: distensi abdomen berkurang
Kriteria:
• Perut teraba tidak tegang
• Anak tenang/tidur
Rencana tindakan:
• Ukur lingkar perut
• Pasang NGT
• Setiap habis menetek disendawakan
• Palpasi daerah perut
Dx 2
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria:
• BB meningkat sesuai umur
• Intake nutrisi adekuat
Rencana Tindakan:
• Pertahankan pemberian nutrisi (oral feeding sesuai kebutuhan)
• Hidrasi IV
• Timbang BB
Dx 3
Tujuan: keluarga tidak cemas
Kriteria :
• Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur operasi meningkat
• Keluarga tenang, tidak banyak bertanya
• Keluarga memahami penjelasan
Rencana Tindakan:
• Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang penyakit dan prosedur operasi
• Beri penjelasan tentang kelainan yang diderita klien, penatalaksanaan (persiapan pre operasi, prosedur operasi dan perawatan post operasi.
Post Op
Dx1
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria:
• Tidak ada tanda-tanda infeksi
• Leukosit normal
• Tanda-tanda vital normal
Intervensi:
• Perawatan colostomy
• Observasi tanda-tanda vital
• Observasi tanda-tanda infeksi
• Perawatan kulit sekitar stoma
• Perawatan area operasi (rectal area), cegah urin kontak dengan area tersebut saat klien posisi prone
• Pemberian antibiotik
Dx2
Tujuan: Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria:
• Tanda-tanda vital normal
• Ekspresi klien tenang (tidak rewel,gelisah,menangis terus)
Intervensi:
• Berikan posisi yang nyaman:side lying/prone
• Pengukuran suhu per axilla (hindari per-rectal)
• Analgetik
Dx3
Tujuan: Pengetahuan keluarga ttg perawatan colostomy meningkat
Kriteria:
• Keluarga mengetahui tujuan colostomy
• Keluarga memahami penjelasan tentang perawatan colostomy
• Keluarga mampu mendemonstrasikan cara perawatan colostomy
Intervensi:
• Jelaskan tujuan colostomy
• Jelaskan cara perawatan colostomy dan ajarkan keluarga: persiapan alat/klien, teknik / prosedur tindakan, evaluasi
EmoticonEmoticon